Jakarta, CNN Indonesia -- Perayaan Hari Raya
Idulfitri 1441 Hijiriah atau
Lebaran 2020 yang jatuh pada Minggu (24/5), terasa berbeda drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kalau diabsen dimulai dari karantina mandiri lewat imbauan 'Di Rumah Saja', Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penutupan rumah ibadah, larangan mudik, larangan takbir keliling, hingga seruan Salat Idul Fitri di rumah.
Itu semua terjadi gara-gara pandemi virus corona (Covid-19) yang mendunia sejak Desember tahun lalu. Walhasil, lebaran kali ini hanya bisa bercengkrama melalui sambungan teknologi seperti telepon seluler pintar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap pagi di hari lebaran biasanya ramai dengan lalu lalang orang di jalan bersalam-salaman sambil menenteng sajadah dan mukena, kini pemandangan tersebut tidak lagi sama.
Jalanan mungkin akan sepi, lapangan dan masjid tempat biasa warga berkumpul untuk menunaikan salat Id berjamaah dan bermaaf-maafan tidak akan ramai seperti peringatan hari raya tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah melarang pelaksanaan salat Idul Fitri 1441 H yang jatuh pada Minggu (24/5). Menteri Koodinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD mengatakan keputusan tersebut telah diambil dalam rapat terbatas kabinet yang digelar pada Selasa (19/5).
"Kegiatan keagamaan yang sifatnya masif seperti salat berjamaah di masjid atau salat Id di lapangan itu termasuk kegiatan yang dilarang," ujar Mahfud usai rapat terbatas kabinet, Selasa (19/5).
 Petugas kesehatan melakukan tes risiko Covid-19 terhadap warga di Gorontalo, 10 April 2020. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin) |
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat pun sudah mengeluarkan fatwa terkait pelaksanaan salat idul fitri di rumah saja alias tak berjemaah di lapangan ataupun masjid. MUI menyatakan hukumnya boleh.
Bukan hanya MUI, ormas Islam terbesar kedua yakni Muhammadiyah dan PB Nahdlatul Ulama pun telah mengeluarkan hal yang tak jauh beda.
Sejalan dengan itu pula, beberapa pemerintah daerah melarang pelaksanaan takbir keliling dan salat Idul Fitri di masjid maupun lapangan. Tindakan ini dianggap sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19.
Beberapa di antaranya DKI Jakarta, Kota Bogor, Kota Tangerang, dan Kota Surabaya.
Meskipun demikian, masih ada pula beberapa pemda yang mengizinkan salat Idul Fitri yang digelar di masjid maupun lapangan. Namun, pelaksanann salat berjemaah itu pun mesti mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Salah satunya Kota Bekasi yang memperbolehan pelaksanaan salat Idul Fitri berjemaah di masjid maupun lapangan di 41 kawasan kelurahan yang berzona hijau.
"Sebanyak 3664 botol hand sanitizer berukuran 500ml siap didistribusikan ke 916 masjid yang masuk di Kelurahan Zona Hijau," ujar Humas Pemkot Bekasi, Sayekti Rubiah, Sabtu (23/5).
Dalam keterangan tertulisnya, Pemkot Bekasi menyatakan ada 41 kawasan kelurahan yang berada di zona hijau diperbolehkan melaksanakan salat id. Sementara warga kelurahan yang berada di zona merah diminta untuk melaksanakan salat id di rumah.
 Meskipun di tengah pandemi corona, warga tetap berupaya membeli busana untuk hari raya Idul Fitri di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, 22 Mei 2020. (CNNIndonesia/Safir Makki) |
Tradisi Hari Raya IndonesiaWalaupun pelaksanaan salat Idul Fitri berbeda dari tahun sebelumnya, masih banyak warga yang mengikuti tradisi makan ketupat ketika lebaran.
Hal ini ditandai dengan maraknya warga yang berkumpul di pasar demi mencari bahan makanan, terutama untuk membuat ketupat dan pendampingnya.
Salah satunya di Pasar Kiara Condong, Kota Bandung, di mana pada Sabtu (23/5), warga ramai-ramai memadati kios penjual ketupat sejak pagi hari. Meski telah diimbau untuk melakukan
social distancing, warga masih saling impit demi mencari buruannya di pasar.
"Cuman beli ketupat, sengaja datang pagi biar enggak ramai," ujar Erni (28) salah satu pembeli di kios ketupat Pasar Kiara Condong.
Pantauan
CNNIndonesia.com di beberapa titik pasar di Jakarta dan Bandung pun menunjukan keramaian. Warga berbondong-bondong menghampiri pasar tanpa memperhatikan imbauan pemerintah untuk menjaga jarak.
Sementara itu, berdasarkan data nasional, kasus terkonfirmasi positif per hari Sabtu (23/5) sebanyak 21.745 kasus, 5.249 diantaranya sembuh, sementara 1.351 meninggal dunia.
Kasus positif pertama Covid-19 di Indonesia sendiri diumumkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret lalu. Hingga kini, kasus positif itu sudah ada di 34 provinsi, data per Sabtu sudah terdapat di 339 kabupaten/kota se-Indonesia.
 Pedagang kulit ketupat musiman melayani pembeli di kawasan Pasar Tugu, Bandar Lampung, Lampung, 23 Mei 2020. (ANTARA FOTO/Ardiansyah) |
Salah satu yang dikhawatirkan dari pandemi corona ini adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang membawa virus dalam dirinya dan berisiko menularkan kepada orang lain.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona (Covid-19) Achmad Yurianto mengatakan terjadinya peningkatan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) terkait virus corona di Indonesia pada Sabtu (23/3).
Pada Sabtu (22/5), jumlah ODP berada di angka 49.958, sedangkan PDP berada di angka 11.495.
Tercatat terjadi kenaikan setelah sempat terjadi penurunan angka ODP dan PDP pada Jumat (22/5) terhadap data Kamis (21/5) meski tidak signifikan.
Yuri kembali berpesan agar warga mematuhi segala imbauan Pemerintah baik terkait protokol kesehatan dan kebijakan pencegahan lainnya.
Ia menyebut kurva positif covid-19 di Indonesia masih belum melandai, itu tanda kesadaran pribadi warga masih belum sepenuhnya terlaksana dalam upaya membantu negara memutus rantai penyebaran covid-19.
"Gambaran inilah yang kemudian kita dapatkan, bahwa penularan masih saja terus terjadi," kata dia, Sabtu.
(mln/kid)
[Gambas:Video CNN]