Jakarta, CNN Indonesia -- Pengusiran terhadap tim Covid-19 di
Pasar Cileungsi disebut terkait dengan kondisi sepi pembeli di pasar akibat pembatasan petugas dan kecemburuan kepada pedagang kaki lima (
PKL) yang masih dibebaskan.
Diketahui, sebuah video viral di media sosial memperlihatkan puluhan pedagang berkumpul, menyoraki, dan mengusir tim medis. Petugas kesehatan kemudian memilih pergi meninggalkan pasar. Tak ada kerusuhan atau kerusakan dari penolakan ini.
Insiden ini diketahui terjadi pada Rabu (10/6) pagi saat tim medis hendak menggelar
rapid test di Pasar Cileungsi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasar saat ini kondisinya sepi setelah kemarin sempat ditutup. Banyak keluhan dari pedagang yang penghasilannya berkurang," ujar Staf Humas dan Keamanan Pasar Cileungsi, Ujang Rasmadi, dikutip dari
Antara.
Menurut dia, pedagang beranggapan sepinya Pasar Cileungsi karena ada pembatasan pengunjung oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bogor.
Hal itu, kata Ujang, menimbulkan kecemburuan pedagang Pasar Cileungsi kepada pedagang kaki lima (PKL) di luar pasar yang operasionalnya tidak mendapat pembatasan dari Gugus Tugas.
"Ada timbul (permasalahan) seperti itu, karena pedagang yang di dalam yang jelas legal diperlakukan seperti itu (dibatasi) sementara yang di luar diabaikan," jelasnya.
 Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen |
Kondisi tersebut, lanjutnya, membuat pedagang Pasar Cileungsi bereaksi atas kekecewaannya kepada tim Gugus Tugas dan mengusir rombongan tenaga medis yang hendak menggelar rapid test.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Mike kaltarina membenarkan penolakan tersebut. Ia mengaku tengah menelusuri terlebih dahulu musabab penolakan rapid test COVID-19 oleh para pedagang Pasar Cileungsi.
"Iya, sedang ditelusuri kejadian sebenarnya seperti apa nanti ada tim yang ke sana," ujar Mike saat dikonfirmasi.
Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Achmad menyebut aksi penolakan pedagang di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, terhadap tim tenaga kesehatan Covid-19 merupakan bentuk kesalahan komunikasi.
"Seyogyanya ada prakondisi, ada sosialisasi dulu saat kita melaksanakan tes masif sehingga tes bisa berlangsung lancar," kata Daud, dalam jump pers di Gedung Sate, Kamis (11/6).
Seperti diketahui, Bupati Bogor Ade Yasin menyebutkan bahwa hingga kini sudah ada 26 pasien Covid-19 dari klaster pasar di sebelah timur Kabupaten Bogor itu.
Di antaranya, tukang daging usia 30 tahun yang meninggal karena terinfeksi Corona, dan sempat menularkan istrinya yang berusia 23 tahun, adiknya seorang laki-laki usia 17 tahun, dan anaknya seorang perempuan yang berusia 1,5 tahun.
Pasar Cileungsi pun menjadi klaster Corona dan ditutup pada 31 Maret. Cileungsi juga menjadi zona merah Covid-19 di Kabupaten Bogor.
(hyg/antara/arh)
[Gambas:Video CNN]