Epidemiolog Ingatkan Potensi Corona di Sekolah Zona Hijau

CNN Indonesia
Selasa, 16 Jun 2020 12:22 WIB
Anggota Palang Merah Indonesia menyemprotkan desinfektan dalam upaya menahan penyebaran virus corona di dalam ruang kelas di SMPN 139 dan SDN Malaka Jaya 04 Pagi. Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Siswa sekolah di zona hijau masih berpotensi tertular virus corona. Ilustrasi (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navila Yamani mengingatkan para siswa di sekolah yang berada di zona hijau masih berpotensi tertular virus corona (Covid-19) meskipun pemerintah membatasi jumlah siswa 18 orang per kelas.

Laura menyebut daerah yang ditetapkan sebagai zona hijau mungkin masih terdapat kasus Covid-19, namun tak banyak dan signifikan pertambahannya.

Meskipun demikian, kata Laura, potensi penyebaran kasus virus corona lebih besar jika aktivitas sekolah dibuka di daerah yang ditetapkan zona merah, oranye, hingga merah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di kelas itu kan ada populasi. Jadi satu kelas akan ada 18 orang, itu juga ada potensi (penularan virus corona). Apa bisa memastikan 18 orang itu (tak tertular)?" kata Laura kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (16/6).

Laura mengakui wilayah yang ditetapkan zona hijau aman untuk aktivitas, termasuk pembukaan sekolah. Namun, ia meminta pemerintah tetap memastikan dan meningkatkan pemeriksaan Covid-19 di zona hijau.

Jangan sampai, katanya, sekolah sudah berada di zona hijau tetapi rumah siswa berada di wilayah zona kuning, oranye atau bahkan merah. Pergerakan siswa saat masuk sekolah harus dipetakan, apakah dari zona kuning, oranye, atau merah untuk mencegah penyebaran virus corona.

"Artinya harus diidentifikasi, apakah betul-betul tingkat RW kan 66. Jangan-jangan anak berasal dari zona merah, sekolahnya zona hijau. Ketika sekolah dibuka harus meyakinkan, area sekolah masuk di zona hijau. Harus dipastikan anak ini berasal dari zona mana," ujarnya.

Selain itu, Laura menyatakan pihak sekolah juga harus aktif memeriksa kondisi kesehatan siswa. Menurutnya, sangat sulit mengontrol para siswa yang beraktivitas di sekolah dan saat pulang ke rumah masing-masing.

Ia menyebut pihak sekolah harus memastikan siswa dan guru yang datang dalam keadaan sehat. Menurutnya, pihak sekolah bisa meminta siswa dan guru mengisi formulir keadaan kesehatan serta menjalani pemeriksaan dasar.

Laura menekankan pengawasan pihak sekolah kepada siswa dan guru jauh lebih efektif ketimbang melaksanakan rapid test. Ia menilai rapid test bukan metode yang pas untuk memeriksa kesehatan warga sekolah.

"Karena kalau pakai rapid test, pertama itu biaya. Kedua juga masa berlakunya enggak seumur hidup. Misalnya sekarang rapid test, tapi apakah ada jaminan seminggu ke depan tidak ada infeksi?," ujarnya.

Pemerintah memutuskan membuka aktivitas sekolah di wilayah zona hijau Covid-19 tahun ajaran 2020/2021 pada pertengahan Juli 2020. Sekolah di zona hijau bisa dibuka jika pemerintah daerah dan komite sekolah mengizinkan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan kegiatan belajar mengajar di sekolah di zona hijau tak bisa langsung diterapkan seperti dahulu. Ada pembatasan demi menghindari penularan virus corona.

Pembatasan pertama, sekolah harus mengurangi jumlah siswa dalam satu kelas. Dalam kegiatan belajar nanti di ruang kelas di masing-masing sekolah hanya diisi 18 orang per kelas.

Pada keadaan normal jumlah rata-rata siswa bisa 28 sampai 30 orang per kelas. Otomatis, sekolah harus menerapkan pembelajaran dengan sif atau pembagian jadwal masuk.

Nadiem menekankan siswa hanya boleh beraktivitas di dalam kelas ketika bersekolah. Jam istirahat di kantin, ekstrakurikuler, maupun aktivitas di luar kelas tidak boleh dilakukan.

Selain itu, Nadiem juga melarang siswa dan guru yang sakit datang ke sekolah. Termasuk sakit flu maupun memiliki penyakit komorbid atau penyerta. (fey/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER