Pemerintah Kota Palembang tidak memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kasus terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19) di ibu kota Sumatera Selatan tersebut masih terus bertambah meskipun status turun dari zona merah ke oranye.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumsel mencatat 938 orang terinfeksi virus corona per Selasa (16/6). Sebanyak 38 orang di antaranya meninggal dan 304 sembuh. Sedangkan yang masih dirawat berjumlah 592 orang.
Pada Senin (15/6), kasus corona di Palembang berjumlah 882 orang, sebanyak 35 di antaranya meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Daerah Kota Palembang Ratu Dewa mengklaim berdasarkan evaluasi gugus tugas bersama pihak terkait, situasi di Palembang kini sudah membaik setelah protokol kesehatan diberlakukan semasa PSBB.
Pihaknya mencabut status PSBB tanpa menghilangkan kewajiban protokol kesehatan di tengah aktivitas masyarakat.
"Perhitungan itu didasari pada 14 indikator kesehatan yang sudah ditetapkan oleh tim gugus tugas. Untuk proses transisi sebenarnya sudah kita lakukan di PSBB tahap kedua kemarin. Ke depannya akan lebih mengarah kepada pendisiplinan protokol kesehatan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan agama untuk sosialisasi," ujar Dewa, Rabu (17/6).
Pemerintah akan menggandeng 400 ulama dalam tahap edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan. Sebanyak 1.725 personel Polri, TNI, dan Satpol PP di fasilitas publik, tempat ibadah, dan pusat keramaian pun tetap bertugas untuk mendisiplinkan protokol kesehatan di tengah masyarakat.
"Protokol kesehatan juga akan lebih ditekankan pada areal pasar tradisional. Sebab pasar merupakan tempat mobilitas warga yang masih tinggi namun minim kesadaran untuk menggunakan masker," kata dia.
![]() |
Juru Bicara Dinas Kesehatan Kota Palembang Yudhi Setiawan berujar, angka akumulasi 14 indikator kesehatan yang sudah membaik dibanding dua minggu lalu. Beberapa indikator yang menjadi ukuran adalah segi epidemilogi, kesehatan masyarakat, surveilans, dan fasilitas kesehatan.
Dengan perubahan status menjadi jingga, pemeriksaan akan semakin ditingkatkan terutama di wilayah dengan kerawanan tinggi seperti pasar. Pihaknya merencanakan untuk menggelar rapid tes kepada seluruh pedagang di pasar untuk memetakan tingkat risiko penularan.
"Proses pemeriksaan di Palembang memang belum optimal. Idealnya 3.500 orang setiap satu juta penduduk yang menjalani tes swab. Sampai minggu keempat PSBB, baru sekitar 2.000 warga yang menjalani swab. Kami berharap dalam waktu dua minggu ke depan proses pemeriksaan akan lebih masif dan target 3.500 warga dapat terpenuhi segera," kata dia.
Sementara Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan pihaknya meningkatkan anggaran penanganan Covid-19 dari Rp200 miliar menjadi Rp480 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pembelian peralatan kesehatan. Namun hingga kini, anggaran yang terpakai baru mencapai Rp25 miliar.
Anggaran tersebut pun akan digunakan untuk bantuan dana usaha mikro kecil menengah, terutama bagi mereka yang berada di sektor pembuatan alat-alat kesehatan seperti masker. Alokasi anggaran tersebut pun digunakan untuk pembelian sembako jaring pengamanan sosial bagi masyarakat miskin baru di kota Palembang.
"Anggaran ini nanti kita akan realokasi dan refokusin setelah tidak lagi menerapkan PSBB," ujar dia.
Anggaran penanganan Covid-19 di Palembang disesuaikan dengan pendapatan asli daerah (PAD). Tahun ini, ujar dia, pendapatan tidak optimal karena kondisi pandemi yang membuatnya tidak stabil. Target PAD Palembang 2020 sebelumnya Rp617 miliar. Pada Juni awal baru terealisasi Rp300 miliar.
(idz/pmg)