Masjid Agung Kota Depok, Jawa Barat tidak menerapkan Salat Jumat dua gelombang dengan sitem ganjil-genap berdasarkan nomor handphone (hp) seperti yang dianjurkan Dewan Masjid Indonesia (DMI) untuk menekan potensi penyebaran virus corona (Covid-19).
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, Jumat (19/6), tak ada seleksi bagi jemaah yang hendak mengikuti salat di Masjid Agung Kota Depok. Tak ada pemeriksaan nomor ponsel yang dilakukan oleh pengurus masjid.
Jemaah hanya diminta mengikuti pemeriksaan suhu tubuh. Dua petugas Satpol PP Kota Depok disiagakan di setiap pintu masjid untuk memindai suhu tubuh jemaah menggunakan thermo gun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satpol PP juga mengingatkan jemaah untuk memakai masker. Jika ada jemaah yang tak mengenakan masker, maka petugas Satpol PP akan memberi masker kain untuk dipakai selama salat.
Masjid Agung Depok juga menerapkan sejumlah protokol pencegahan corona. Misalnya penyediaan hand sanitizer dan sabun di setiap pinti masuk masjid.
Masjid ini juga tidak menyediakan karpet atau sajadah. Jemaah diminta membawa sajadah dari rumah masing-masing.
Di dalam masjid, jemaah diwajibkan menjaga jarak sekitar 1 meter. Pengurus masjid telah menandai area yang boleh ditempati dengan lakban hitam sebagai panduan.
Sebelumnya, DMI menerbitkan Surat Edaran DMI nomor 105-Khusus /PP-DMI/A/Vl/2020, tanggal 16 Juni 2020. Salah satu poinnya adalah meminta pengurus masjid menggelar Salat Jumat dua gelombang jika kapasitas masjid tak mencukupi karena physical distancing.
DMI menyarankan salat dilakukan pukul 12.00 dan 13.00. Giliran salat ditentukan berdasarkan ganjil genap nomor terakhir ponsel jemaah.
Pemilik nomor ganjil akan mendapat giliran salat jam 12.00 pada tanggal ganjil. Sementara di tanggal genap, giliran pertama diperuntukkan bagi jemaah dengan nomor ponsel genap.
Namun, Sekretaris Jenderal DMI Imam Addaruquthni mengatakan pihaknya tak memaksa menerapkan aturan itu. Ia menyebut DMI hanya memberi panduan agar jemaah tidak membludak di dalam masjid guna mencegah potensi penularan virus corona.
(dhf/fra)