Indonesia menyalip China terkait dengan angka positif kasus corona (Covid-19) pada pekan lalu. Kasus positif Indonesia mencapai 84.882, sedangkan China 83.660. Hingga Rabu (22/7), kasus positif sudah mencapai 91.751 kasus dan diperkirakan trennya meningkat.
Masalahnya, kasus positif yang meningkat pun dibarengi dengan persoalan ekonomi yang lesu.
Presiden Jokowi akhirnya mengeluarkan Perpres 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional untuk mengatasi kedua persoalan tersebut awal pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan pun muncul: mana yang lebih diprioritaskan, menyelamatkan nyawa atau memulihkan ekonomi?
Masalahnya, tiga provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur hingga Jawa Tengah kini relatif menjadi penyumbang kasus positif tertinggi. Ahli bahkan memprediksi bakal terjadi ledakan kasus positif corona dan kematian di Pulau Jawa, terutama karena orang tak sadar dirinya terkena corona.
"Ini yang akan menimbulkan ledakan kasus kesakitan dan kematian," kata Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman pada pekan lalu.
Sementara ancaman corona di depan mata, sejumlah kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) justru kian longgar: pasar kembali ramai, tempat ibadah mulai penuh hingga transportasi publik dibuka kembali. Ini belum ditambah dengan warga yang bandel karena tak menerapkan protokol kesehatan: masker, penyanitasi tangan hingga pelindung wajah.
Dengan jumlah tes yang masih minim terhadap populasi, langkah pemerintah untuk mengendalikan corona kian berat.
Sebagian memperkirakan puncak corona bakal terjadi pada September nanti. Namun sebagian lainnya, justru memperkirakan yang bakal terjadi pada bulan itu hanyalah permulaan.
Untuk merespons isu itu, CNNIndonesia.com akan mengadakan diskusi yang ditayangka live streaming di acara Secret at Newsroom (Setroom) bersama:
1. Dr. Hermawan Saputra (Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia)
2. Elina Ciptadi (Co-founder KawalCOVID19.id)
Anda yang ingin menyampaikan pendapat mengenai penanganan corona di Indonesia bisa menggunakan tagar #CNNOpini di Facebook atau Twitter, atau mengunjungi utas berikut: