ANALISIS

Menuju 100 Ribu Kasus Corona Belum Mencerminkan Sesungguhnya

CNN Indonesia
Senin, 27 Jul 2020 12:08 WIB
Kasus Covid-19 di Indonesia hampir mencapai angka 100 ribu. Namun Indonesia masih belum akan mencapai puncak pandemi virus corona.
Warga mengantre untuk mengikuti tes diagnostik cepat (rapid test) Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, Senin (8/6/2020). (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus Covid-19 di Indonesia hampir mencapai angka 100 ribu. Hingga Minggu (26/7), jumlah orang yang positif terinfeksi virus corona mencapai 98.778 kasus.

Penambahan kasus harian rata-rata berada di angka 1.000 kasus per hari. Bukan tidak mungkin dalam hitungan hari jumlah positif Covid-19 di Indonesia mencapai 100 ribu kasus.

Meski mendekati angka 100 ribu, pakar Keamanan Kesehatan Global dan Pandemi Universitas Griffith Dicky Budiman menilai bahwa Indonesia belum akan mencapai puncak pandemi Covid-19. Penyebabnya, cakupan tes nasional dan di sejumlah daerah masih rendah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebetulnya capaian angka kasus ini masih belum mencerminkan kondisi sesungguhnya (penyebaran) di masyarakat," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com dari Jakarta, Senin (27/7).

Dicky memprediksi angka sesungguhnya kasus positif di Indonesia bisa 10 kali lipat dari jumlah yang ada saat ini. Mengingat positivity rate atau rasio positif kasus corona Indonesia masih berada di atas 10 persen dan angka reproduksi penyebaran virus masih di atas 1.

Merujuk Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) rasio positif corona berada di angka lima persen. Sedangkan, dengan tingkat penyebaran virus masih di angka atas 1, artinya satu pasien masih menularkan ke satu orang lainnya.

"Artinya lagi, angka sesungguhnya saya prediksi bisa 10 kali lipat dari yang terlaporkan, mengingat pertama, positive rate kita yang di atas 10 persen dan angka reproduksi nasional kita yang masih di atas 1," tuturnya.

Presiden Joko Widodo sebelumnya pada pertengahan Juli memprediksi bahwa Indonesia bakal mencapai puncak pandemi Covid-19 pada Agustus-September 2020. Namun, prediksi itu bisa saja meleset ketika semua pihak tak meningkatkan kedisiplinan.

Terkait hal tersebut, menurut Dicky, Indonesia saat ini memang tengah menuju puncak, tapi belum akan mencapainya pada waktu dekat. Ia mengatakan saat ini episenter penyebaran virus corona masih terjadi di Jawa.

Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif COVID-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). Kementerian Kesehatan menyebut anggaran untuk insentif tenaga kesehatan yang menangani pasien COVID-19 mencapai Rp1,9 triliun baik di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan institusi kesehatan pusat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.Seorang tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri sebelum memberikan makanan kepada pasien positif Covid-19 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Untuk puncak kasus corona di Jawa bisa saja terjadi pada akhir September hingga awal Oktober. Namun, di pulau lainnya masih dalam tahap penyebaran.

"Pulau lainnya masih dalam tahap relatif awal kurvanya. Jadi, selama Juli hingga September 2020 ini diprediksi kita akan mengalami lonjakan kasus positif," ujar Dicky.

Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelumnya mengatakan bahwa jumlah kasus positif di Indonesia bisa mencapai angka 120 ribu pada Agustus 2020. Jumlah ini bisa saja terjadi jika tidak ada intervensi maksimal dari pemerintah untuk mencegah penyebaran.

Lebih lanjut, menurut Dicky, pemerintah pusat maupun daerah perlu mengantisipasi pola pergeseran penyebaran. Saat ini, penyebaran kasus masih didominasi kelompok orang yang tak memiliki gejala.

"Hal yang harus diantisipasi oleh pemerintah pusat dan daerah adalah pola pergeseran outbreak dari yang saat ini masih didominasi tidak bergejala menuju ke kelompok yang rawan (berisiko tinggi seperti lansia dan orang dengan komorbid)," kata Dicky.

"Karena ketika kelompok ini sudah banyak terinfeksi maka akan terjadi potensi lonjakan kasus kesakitan yang berakibat meningkatnya kasus rawatan di rumah sakit yang butuh ICU dan ventilator, selain itu akan terjadi peningkatan angka kematian," sambungnya.

Infografis Istilah-istilah Corona Baru dari Menteri TerawanInfografis Istilah-istilah Corona Baru dari Menteri Terawan. (CNN Indonesia/Basith Subastian)

Senada dengan Dicky, Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko menilai bahwa kondisi pandemi di Indonesia belum akan mencapai puncaknya. Pasalnya, saat ini ia belum melihat ada upaya maksimal dari pemerintah untuk menekan laju penyebaran Covid-19.

"Ya, di Indonesia dibiarin aja. Enggak ada upaya untuk isolasi dengan baik, temuan kasusnya banyak," kata Tri saat dihubungi.

Tri juga mendorong agar pemerintah terus meningkatkan kapasitas testing virus corona. Saat ini, meski rata-rata penambahan harian Indonesia berada di angka 1.000, menurut Tri hal itu masih belum bisa menunjukkan kondisi sesungguhnya di masyarakat.

"Di India aja bisa ketemu sehari 25 ribu, Amerika 50 ribu. Berapa tes itu yang dilakukan, bayangin. Kalau 10 persen aja (positivity rate) berarti kan yang dites 250 ribu sehari," tuturnya.

Merujuk data Worldometers, total tes PCR di Indonesia baru mencapai 1.381.669. Artinya, di Indonesia baru menjalankan 5.048 tes per 1 juta penduduk.

"Kalau tes maksimal, kan kasus terdeteksi. Padahal mungkin, kalau tes ditingkatkan jadi 40 ribu (per hari), dengan positivity rate 5 persen, bisa menjadi 2 ribuan kasus per hari," tuturnya.

Data mutakhir, dari 97.778 kasus Covid-19, sebanyak 56.655 orang dinyatakan sembuh, dan 4.781 orang meninggal.

Untuk sebaran daerahnya, penambahan kasus masih terjadi di 34 provinsi. Sebaran di tingkat kabupaten/kota bertambah menjadi 471 kabupaten/kota dari sebelumnya 470 kabupaten/kota. Untuk jumlah suspek mencapai 54.752.

(dmi/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER