Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah berhasil mengungkap tiga jaringan narkoba yang mengendalikan peredaran dari dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klaten dan Lapas Pati. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah menduga ada keterlibatan personelnya.
Awalnya, petugas menangkap pelaku berinisial NVT di kawasan Baki, Kabupaten Sukoharjo, pada 7 Juli 2020. NVT memiliki sabu seberat 50 gram yang diduga dari Leo Elyarso, seorang napi Lapas Klaten.
Selang 10 hari, Tim BNN berhasil membekuk AS alias Bambang Pitik di sebuah rumah di kawasan Serengan, Solo dengan barang bukti sabu sebanyak 102 gram dan pil ekstasi sebanyak 50 butir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada petugas, AS mengaku mendapat barang-barang tersebut dari Sulistyono alias Cuplis, seorang napi penghuni Lapas Pati.
Setelah itu, petugas BNN meringkus AF alias Subhan alias Kasbon, napi lain di Lapas Pati. AF diduga mengendalikan peredaran narkoba melalui kurirnya bernama AW, warga Pati.
AW ditangkap di sekitar SPBU Subah, Kabupaten Batang pada 11 Juli 2020 lalu dengan barang bukti sabu sebanyak 20 gram.
"Jadi bulan Juli, kita ungkap tiga jaringan yang seluruhnya dikendalikan dari balik penjara Lapas," kata Kepala BNNP Jawa Tengah Brigjen Benny Gunawan saat gelar perkara di kantornya, Selasa (4/8).
Benny mengatakan peredaran narkoba di Jawa Tengah tak menyurut meskipun di tengah pandemi virus corona. Menurutnya, Jawa Tengah menjadi episentrum strategis peredaran narkoba yang dikirim dari Jakarta dan Surabaya.
"Yang dari Jakarta masuk lewat wilayah Pantura barat, yang dari Surabaya masuk lewat Pantura timur. Ada lagi di Jepara, yang masuk melalui jalur-jalur tikus pelabuhan dari luar Jawa," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Jawa Tengah, Priyadi mengatakan telepon genggam menjadi kunci napi mengendalikan narkoba dari balik penjara.
Selain itu, Priyadi menyebut petugas Lapas juga berperan memfasilitasi napi untuk bisa berkomunikasi dengan orang luar atau kurirnya.
"Makanya ke depan kita akan tempatkan jumper atau penghilang sinyal di area sel Lapas. Faktor keduanya ya sumber daya manusia, pastinya ada pembiaran atau bantuan dari orang kami," ujar Priyadi.
(dmr/fra)