Johan PDIP Sentil Pemerintah soal Pola Komunikasi Covid-19

CNN Indonesia
Rabu, 05 Agu 2020 18:58 WIB
Eks Jubir Presiden yang kini anggota Komisi II DPR RI dari fraksi PDIP, Johan Budi, mengkritik ketidakkompakan dan blunder pernyataan Covid-19 oleh pemerintah.
Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Johan Budi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Johan Budi Sapto Pribowo menyentil gaya komunikasi pemerintah di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini.

Sentilan ini dilakukan Johan lantaran di lapangan memang masih ada ketidakpahaman masyarakat akan konsep penyelesaian pandemi yang dilakukan pemerintah.

Menurut Johan, itu terjadi lantaran pola komunikasi yang dilakukan pemerintah justru tidak satu kesatuan. Dia mengatakan, antara satu pejabat dengan pejabat lain yang berbicara di hadapan publik berbeda, padahal mereka sama-sama mengatasnamakan pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang membuat masyarakat jadi bingung dengan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah," kata Johan saat menjadi pembicara dalam Webinar yang digelar Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri, Rabu (5/8).

Pria yang sebelumnya pernah berkarier sebagai Juru Bicara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu mengatakan pemerintah harus memerhatikan kepercayaan masyarakat lewat komunikasi dan kekompakan.

"Sebagus apapun strategi yang digunakan sejago apapun komunikasi yang dipunyai pemerintah, tapi kalau itu tidak satu kesatuan, masyarakat akan tetap menjadi tidak percaya," kata Johan.

Johan mencontohkan konsep new normal yang hingga kini masih jadi perbedatan di masyarakat.

New Normal, kata Johan, tak hanya bergerak di perkara menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun dan beberapa kebiasaan baru. New normal kata dia, sejatinya memiliki beberapa konsekuensi yang justru tak dipahami betul masyarakat.

"New normal saya kira tidak cukup, bukan hanya menggunakan masker kemudian cuci tangan, tetapi menyangkut banyak konsekuensi. Orang tentu tidak akan mematuhi kalau dia sehari-hari memang harus keluar rumah untuk kebutuhan ekonominya," kata pria yang juga sempat lama melintang di dunia kewartawanan tersebut.

Aktivitas warga kawasan padat penduduk di Jakarta. Kamis, 23 Juli 2020. Empat bulan semenjak pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia, pertambahan kasus positif masih tinggi dengan total mendekati 100.000 jiwa posif terinveksi virus Corona. CNN Indonesia/Adhi WicaksonoSpanduk sosialisasi pencegahan penularan Covid-19 yang terpasang di salah satu kawasan padat penduduk, Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Strategi komunikasi yang dilakukan pemerintah akan berhasil jika ada adaptasi dari masyarakat dan sinkronisasi yang baik antarpemerintah. Namun, ia menilai sejauh ini hal itu tak terjadi saat ini, bahkan banyak masyarakat yang malah tak percaya kepada pemerintah.

"Sekarang kita tanya, masyarakat percaya gak dengan pemerintah dalam konteks atasi pandemi, di awal-awal saya malah agak aneh kalau pak Yuri [Achmad Yurianto] yang Jubir Covid itu mengakui bahwa pemerintah salah dalam sebut new normal itu," kata Johan.

Padahal, sambungnya, pernyataan soal new normal ini juga pertama kali datang dari mulut presiden langsung dengan dibarengi ungkapan 'harus berdamai dengan corona'.

"Bagaimana mungkin, ini statement-nya presiden loh. Yang ketika itu menyangkut kita harus berdamai dengan Covid-19," katanya.

Tak hanya bantahan pernyataan pemerintah yang juga dibantah oleh pemerintah sendiri, Johan mengatakan lunturnya ketidakpercayaan masyarakat karena komunikasi yang buruk di era pandemi ini juga karena berbagai pernyataan 'blunder' yang disampaikan otoritas.

Ketika pandemi Covid-19 mulai muncul di dunia, pemerintah kerap kali menyampaikan pernyataan yang terkesan tak serius, bercanda bahkan blunder dan tak bisa dibuktikan kebenarannya di kemudian hari.

"Belum lagi itu soal apa istilah yang berubah-ubah, Menkes ngomong bahwa corona bisa sembuh sendiri. Kemudian Presiden pernah sampaikan bahwa corona mati kalau di iklim panas. Itulah yang seperti ini. Harus hati-hati ya menyampaikan," kata dia.

(tst/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER