Kasus positif virus corona harian di Sumatra Barat (Sumbar) memecahkan rekor baru lagi. Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumbar mengumumkan pada Jumat (7/8) terdapat 41 kasus positif. Jumlah kasus itu mengalahkan rekor kasus positif harian pada Jumat (31/7) lalu, 40 kasus.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumbar Jasman Rizal mengungkapkan 36 kasus dari 41 kasus itu terdapat di Kota Padang, 2 kasus di Kabupaten Pesisir Selatan, 2 kasus di Kabupaten Padang Pariaman, dan 1 kasus di Kabupaten Agam.
Penambahan kasus tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan 1.421 sampel yang terdiri dari 1.394 sampel di Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan 17 sampel di Balai Veteriner Bukittinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan penambahan 41 kasus itu, kata Jasman, kasus positif Covid-19 di Sumbar berjumlah 1.079 kasus. Dari jumlah itu, 797 orang sembuh atau 73,9 persen dari total kasus positif. Adapun pasien positif yang meninggal sebanyak 34 orang.
Berkaitan dengan rekor kasus positif harian itu, Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Andani Eka Putra mengatakan tingginya jumlah kasus itu berkaitan dengan pergerakan orang, terutama orang dari luar provinsi yang masuk ke Sumbar.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk mengingatkan orang yang datang dari luar provinsi untuk melakukan tes swab PCR ke Puskesmas atau Bandara Internasional Minangkabau, yang biayanya gratis.
"Kami di laboratorium dan teman-teman dinas kesehatan sudah memprediksi akan ada letupan kasus seperti ini. Tinggal sekarang bagaimana tracing tetap konsisten dengan kapasitas besar. Semua yang kami temukan hari ini tanpa gejala atau ringan. Namun, mereka adalah silent spreader (penyebar senyap), yang jika kita tidak temukan akan menjadi penular bagi orang lain," ujar Andani.
Kendati demikian, menurutnya, kasus Covid-19 di Sumbar masih terkendali. Tingginya jumlah kasus harian itu merupakan proses pencarian kasus.
"Tidak usah berpikir ini gelombang kedua kasus Covid-19 karena ini hanya bagian proses. Jika ini disebut gelombang kedua, nanti akan ada lagi gelombang ketiga, keempat, dan seterusnya. Di Eropa dan Amerika hanya ada satu gelombang. Bagi negara yang terkendali, tidak ada fase puncak atau puncak cenderung datar dengan riak-riak. Ini adalah riak-riak tersebut," tuturnya.
(adb/sfr)