Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mempertanyakan data Satgas Penanganan Percepatan Covid-19 soal Kota Semarang menjadi daerah penyumbang tertinggi covid-19 secara nasional.
Ganjar menilai ada data yang tidak sinkron antara Pemerintah Daerah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Semarang dengan Pemerintah Pusat.
"Ya kita melakukan sinkronisasi data karena memang mungkin data nya tidak keliru, hanya basisnya beda, apakah basis domisili, basis KTP. Yang penting jangan sampai informasi ini membuat masyarakat nanti jadi tambah resah, memang di Jawa Tengah yang paling tinggi kan Semarang," kata Ganjar usai memimpin Rapat Koordinasi dan Evaluasi Penanganan Covid-19 di kantornya, Selasa (15/5) sore.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menegaskan bila saat ini angka positif covid-19 aktif ada di kisaran 512 kasus. Sementara, untuk Rumah Sakit rujukan dan tempat isolasi karantina dalam kondisi terisi tidak sampai 50 persen dalam merawat pasien positif covid-19.
"Ya kami tegaskan, kondisinya saat ini Kota Semarang di kisaran 512 kasus positif, 379 yang warga Kota Semarang, sisanya warga dari luar Kota Semarang. Kondisi Rumah Sakit, terisi antara 30 persen, tidak sampai 50 persen dalam merawat pasien covid. Sama kondisinya dengan tempat isolasi di Rumah Dinas Wali Kota dan Balai Diklat," jelas Hendrar.
Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang menjadi fokus perhatian kasus covid-19. Hal itu juga disampaikan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan yang juga Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional saat memberikan arahan kepada 9 Gubernur di Indonesia secara virtual pada Selasa (15/9) siang.
Secara umum, Luhut fokus di sembilan provinsi yang punya kasus covid-19 tertinggi di Indonesia.
Sembilan provinsi tersebut yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatra Utara, dan Papua. Bali menjadi provinsi tambahan dari prioritas delapan provinsi sebelumnya.
Delapan dari sembilan provinsi itu disebut menyumbang 75 persen dari total kasus atau 68 persen dari total kasus yang masih aktif.
(dmr/ain)