Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan vaksin dipastikan aman sebelum disalurkan kepada masyarakat. Pemerintah menargetkan vaksin Covid-19 dapat tersedia pada 2021 dan terjangkau oleh masyarakat.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat sudah melalui beberapa tahap uji klinis hingga dapat dinyatakan aman.
Ini berlaku untuk vaksin yang dikembangkan bersama dengan negara lain maupun vaksin Merah-Putih yang sedang dikembangkan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Vaksin yang nantinya masuk ke Indonesia harus dipastikan secara data dan penelitian aman bagi masyarakat. Pengembangan vaksin umumnya butuh waktu dan proses yang cukup panjang," ujar Wiku, Rabu (6/10) melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Wiku mengatakan tahapan uji klinis dimulai dari penelitian dasar. Selanjutnya, vaksin dibuat dalam jumlah terbatas agar dapat memasuki uji praklinis dan uji klinis tahap 1, 2 dan 3.
Namun hingga saat ini belum ada vaksin Covid-19 yang lulus uji klinis tahap 3, sehingga kewaspadaan dan monitoring terhadap keamanan vaksin masih terus dilakukan. Terlebih terkait risiko yang dapat muncul.
"Namun karena ada perbedaan antara hewan percobaan dan manusia, tentu risiko antibody-dependant enhancement (ADE) pada manusia harus diinvestigasi. Inilah pentingnya uji klinis melalui semua fase," katanya.
Jika uji klinis vaksin tersebut sudah lolos fase 3 maka kandidat vaksin bisa didistribusikan, tentu setelah memperoleh persetujuan edar dari lembaga pengawas.
"Pemerintah dalam hal ini tidak akan terburu-buru dan berpegang teguh pada data hasil uji," ujar Wiku.
Berdasarkan informasi dari WHODraft Landscape of Covid-19, kandidat vaksin yang diperbaharui dan masuk ke dalam tahap 3 uji klinis sudah mencapai 10 vaksin per 2 Oktober.
Di antaranya vaksin dari Sinovac, Wuhan Institute of Biological Product atau Sinopharm, Johnson Pharmaceutical Companies, Kansino Biologic Incorporated atau Beijing Institute of Biotechnology.
Kemudian, Gamalea Research Institute, Beyond Tech atau Fossum Pharmaficer, University of Oxford atau Astrazeneka, Novavac, Moderna atau NIAID, dan Beijing Institute of Biological Product atau Sinopharm.
(ang/fef)