Pengamat: Pembelian Alusista Prabowo Harus Berdampak Positif

CNN Indonesia
Sabtu, 24 Okt 2020 00:45 WIB
Pengamat militer mengatakan pembelian atau impor alutsista yang tengah dilakukan Menhan Prabowo Subianto ke tiga negara harus berdampak positif.
Menhan Prabowo Subianto saat bertemu menghan China di Rusia. (Foto: Dok. Kemhan RI)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat Militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyebut setiap pembelian atau impor alat utama sistem persenjataan (Alutsista) harus memberi dampak positif dalam perkembangan industri pertahanan dalam negeri.

Apalagi, sejak Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjabat pemerintah kerap kali mengkampanyekan soal pengembangan industri dalam negeri dan kemandirian alutsista.

"Setiap pembelian impor tentu harus membawa dampak positif," kata Fahmi melalui pesan singkat, Jumat (23/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini berkaitan dengan safari ke tiga negara yang dilakukan Prabowo sejak 15 Oktober lalu. Prabowo memang diketahui melakukan lawatan ke Amerika Serikat sejak 15-19 Oktober. Dalam kunjungan ini Prabowo juga disebut-sebut sempat membahas pembelian pesawat F-35.

Usai dari Amerika, Prabowo diketahui berkunjung ke Austria untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan Austria Klaudia Tanner. Keduanya disebut membahas soal ketertarikan Prabowo tehadap Pesawat Eurofighter Typhoon bekas negara itu.

Ternyata, lawatan Prabowo tak berhenti di Wina. Mantan Komandan Jendral Koppasus itu melakukan perjalanan ke Prancis dan bertemu dengan Menhan Prancis, Florence Parly. Dengan Prancis, Indonesia sendiri sempat disebut tertarik dengan jet buatan negara ini, Rafale.

Fahmi menilai, kunjungan ke tiga negara sekaligus yang dilakukan Prabowo memang ada kaitannya dengan keinginan dia membeli Jet Tempur untuk pemenuhan alutsista dalam negeri.

"Ya saya kira berkaitan. Terutama menyangkut kunjungan ke Austria, isu utamanya jelas soal proposal pembelian Eurofighter yang diajukan Prabowo Juli lalu," kata dia.

Terkait tiga jenis pesawat tempur ini, Fahmi menilai tak ada yang tak cocok diboyong ke Indonesia. Hanya saja, jika dikaitkan dengan efisiensi dan benefit transaksi, serta logistik hingga perawatan atau pemeliharaan, Eurofighter bekas Austria paling pertama dicoret dari daftar.

"Menurut saya Eurofighter Austria punya paling banyak catatan dan permasalahan," kata dia.

Sementara itu, untuk dua pesawat lainnya yakni F-35 buatan Amerika Serikat dan Rafale buatan Prancis, tentu kata Fahmi F-35 paling memungkinkan untuk diboyong dan digunakan.

"Karena Indonesia selama ini sudah akrab dengan penggunaan dan pemeliharaan produk pabrikan General Dynamics/Lockheed Martin maupun mengukur efisiensi dan benefit transaksinya," kata dia.

"Masalahnya, semua itu kan sifatnya baru penjajakan. Di sisi lain, kontrak pembelian Su-35 (Rusia) saja justru terkatung-katung, lanjut atau tidak," kata dia. 

(tst/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER