Jadi Tuan Rumah World Habitat Day, Surabaya Makin Mendunia

Advertorial | CNN Indonesia
Senin, 12 Okt 2020 00:00 WIB
Pandemi COVID-19 membuat peringatan Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) 2020 digelar secara daring dan luring.
Foto: Dok. Pemkot Surabaya
Jakarta, CNN Indonesia --

Pandemi COVID-19 membuat peringatan Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) 2020 digelar secara daring dan luring. Tahun ini, Kota Surabaya dipercaya untuk menjadi tuan rumah acara internasional, yang tentunya menjadi bukti sejarah bahwa Surabaya kian mendunia.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan menjadi tuan rumah Hari Habitat Dunia 2020 merupakan kesempatan yang patut dibanggakan. Oleh karena itu, ia menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Surabaya sebagai tuan rumah acara ini.

"Namun, karena pandemi, kami harus menggelar acara ini secara hybrid. Pertemuan dilakukan secara virtual dan acara fisik di Surabaya," katanya.

Di tengah pandemi, acara yang digelar di Balai Kota Surabaya pada Senin (5/10) ini mewajibkan para undangan yang mengikuti acara secara langsung untuk menerapkan protokol kesehatan, yakni dengan menjaga jarak, menggunakan masker, dan menjalani tes swab dengan hasil negatif. Pihak panitia juga telah menata meja serta kursi dengan jarak sekitar 2,5 meter guna mendukung jalannya acara.

Dalam pembukaan acara tersebut, Presiden Joko Widodo yang hadir secara virtual menyampaikan salamnya kepada seluruh delegasi yang hadir secara langsung. Menurutnya, hal ini merupakan sebuah kehormatan bagi rakyat Indonesia, bahwa Kota Surabaya dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara The Global Observance of The World Habitat Day 2020.

"Kita bertemu di Kota Surabaya ini untuk meyakinkan kepada dunia bahwa Agenda Baru Perkotaan, New Urban Agenda, tahun 2036 tidak bisa ditunda-tunda lagi. Saat ini 55 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Di tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 68 persen. Laju peningkatan tertinggi terjadi di Benua Asia dan Afrika," ujarnya.

Jokowi mengatakan para delegasi dari seluruh negara dapat saling berbagi gagasan, bertukar pengetahuan, keahlian, dan pengalaman. Ia juga berharap agar para delegasi dapat menjalin kerja sama dan memperkuat kolaborasi dalam meningkatkan ketangguhan kota menghadapi pandemi dan bencana lainnya.

adv surabayaFoto: Dok. Pemkot Surabaya

Lebih lanjut Risma menyampaikan sepanjang tahun ini, hampir semua negara diuji dengan dampak pandemi COVID-19, salah satunya yaitu daya beli masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak.

Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya juga memiliki tantangan sama dengan kota-kota besar lainnya di dunia, khususnya dalam menangani wabah COVID-19.

"Sebelum pandemi, Surabaya menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat di atas angka provinsi dan nasional. Namun, kami juga mengalami penurunan sepanjang tahun ini akibat COVID-19. Sekarang, Alhamdulillah kami sudah bisa mengendalikan pandemi ini dan perekonomian mulai berangsur pulih," paparnya.

Sementara itu Direktur Eksekutif UN Habitat Maimunah Mohd Sharif mengatakan adanya forum ini dapat mempercepat implementasi agenda perkotaan baru. Pasalnya, sudah banyak kota, pemerintah daerah, kelompok akar rumput serta berbagai sektor yang ingin bekerja dalam kemitraan.

"Ini penting untuk mempercepat implementasi agenda perkotaan baru dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDG)," kata dia.

Pada World Habitat Day 2020 kali ini, digelar juga agenda diskusi panel via virtual dengan tiga topik pembahasan, yakni Peluncuran Platform Urban Agenda, Tanggapan Pemulihan Ekonomi yang Tangguh, Inklusif di Permukiman Informal, dan Pembahasan Pemukiman di Tengah Pandemi COVID-19.

adv surabayaFoto: Dok. Pemkot Surabaya

Dalam diskusi ini, Wali Kota Risma mengatakan permukiman di perkampungan menjadi salah satu kunci penyelesaian penanganan COVID-19 di Kota Surabaya. Ia menjelaskan dengan tidak mengubah budaya perkampungan di tengah kota, masyarakat lebih bisa bertanggung jawab untuk penanganan COVID-19 di lingkungan masing-masing.

"Kami merealisasikan ini dengan program yang namanya Kampung Tangguh. Jadi, bagaimana permukiman bisa dimanfaatkan juga sebagai sarana penanganan COVID-19," ujarnya.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres mengimbau para delegasi untuk menyediakan perumahan terjangkau dengan jaminan kepemilikan dan akses air, sanitasi, transportasi dan layanan dasar lainnya bagi keluarga berpenghasilan rendah. Guterres menilai hal tersebut perlu segera dilakukan mengingat adanya pandemi COVID-19. 

"Akses ke air bersih dan sanitasi, bersama dengan jarak sosial, adalah respons utama terhadap pandemi. Namun, di daerah kumuh terbukti sulit untuk menerapkan langkah-langkah ini," katanya.

Guterres menjelaskan peningkatan risiko terinfeksi bukan hanya berada di permukiman kumuh, melainkan di seluruh kota yang umumnya dilayani oleh pekerja sektor informal berpenghasilan rendah, dan mereka yang tinggal di permukiman informal.

Menurutnya, kemitraan yang lebih besar, kebijakan pro-kaum miskin, dan peraturan yang diperlukan untuk meningkatkan perumahan di kota.

"Saat ini kami berupaya untuk mengatasi pandemi, mengatasi kerapuhan dan ketidaksetaraan yang telah di-expose, dan memerangi perubahan iklim, sekaranglah waktunya untuk memanfaatkan potensi transformatif urbanisasi untuk kepentingan manusia dan bumi," pungkasnya.

Usai acara, beberapa delegasi menyempatkan diri mengunjungi tempat wisata dan sejumlah kampung di Surabaya. Mereka mengaku senang dan nyaman berada di Kota Pahlawan ini.

(adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER