Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan klaster keluarga menjadi penyumbang kasus covid-19 terbanyak di Bogor. Berdasarkan data miliknya, ada 277 keluarga dengan 170 kasus positif di Kota Bogor.
"Berdasarkan data saat ini klaster keluarga di Bogor menempati peringkat utama sampai saat ini ada 277 keluarga dengan kasus positif 170," kata Bima dalam acara 'Kampanye Nasional dan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia' yang disiarkan di Youtube Kemenkes, Kamis (15/10).
Bima menjelaskan, penularan di banyak klaster keluarga bisa disebabkan karena ada anggota keluarga yang keluar rumah, baik untuk bekerja atau pergi keluar kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat masih banyaknya penularan covid-19 di Kota Bogor, Bima mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Lapor Covid-19 dan Nanyang Technological University untuk mensurvei seberapa besar kepatuhan warga Bogor dalam menerapkan protokol kesehatan.
Dari survei tersebut, banyak warga mengaku sering menggunakan masker, namun sulit menjaga jarak. Sementara untuk mencuci tangan, Bima mengaku warganya masih berada di tengah-tengah antara 'sering' dan 'jarang'.
"Ternyata warga paling susah jaga jarak, paling mengaku sering pakai masker, di tengah-tengahnya cuci tangan. Jadi lebih sering warga pakai masker dibanding cuci tangan," kata Bima.
Bima juga mengaku khawatir karena ada 30 persen yang mengaku selalu mencuci tangan, 50 persen warga mengaku sering mencuci tangan, dan sisanya jarang atau kadang-kadang. Padahal, semestinya, 80 persen warga selalu mencuci tangan sehingga aman dari covid-19.
Oleh karena itu, pihaknya juga akan lebih giat mengkampanyekan kegiatan cuci tangan. Untuk mendukung itu, ia membentuk 'Tim Merpati' yang akan fokus mengedukasi masyarakat pentingnya cuci tangan.
Cuci tangan untuk mencegah panyebaran covid-19 dan penyakit menular lainnya telah dikampanyekan oleh lima menteri pada hari Cuci Tangan Pakai Sabun se-Dunia, yang jatuh pada Kamis (15/10) kemarin. Kampanye tersebut disiarkan melalui video singkat di Youtube Kementerian Kesehatan.
Kelima menteri tersebut diantaranya Menkes Terawan Agus Putranto, Menko PMK Muhadjir Effendy, Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, dan Menag Fachrul Razi.
"Dengan ini mengundang seluruh masyarakat, semua kementerian lembaga pemangku kepentingan, pertama, mengampanyekan seluas-luasnya pentingnya cuci tangan pakai sabun," kata Menko PMK Muhadjir Effendy dan Menkes Terawan secara bergantian.
Kampanye cuci tangan juga digalakkan di DKI Jakarta. Upaya tersebut dilihat dari regulasi terkait PSBB dan PSBB transisi yang selalau mengutamakan cuci tangan dan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta Widyastuti mengatakan pihaknya telah mengupayakan kampanye cuci tangan pakai sabun untuk menekan penularan covid-19 di DKI Jakarta. Pasalnya, sesuai kajian ilmiah, cuci tangan terbukti dapat menurunkan risiko penularan covid-19 hingga 35 persen.
"Kami di DKI sangat support sekali karena kita tahu beberapa penelitian, WHO, dengan cuci tangan bisa turunkan risiko penularan penyakit menular, untuk itu sudah banyak dikeluarkan regulasi, kebetulan di Pergub PSBB mengatur ketersediaan tempat cuci tangan.," kata Widya dalam Kampanye Nasional dan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, di Youtube Kemenkes, Kamis (15/10).
Lebih lanjut, Widya berharap gerakan kampanye cuci tangan yang terjadi bersamaan dengan pandemi covid-19 dapat menjadi kebiasaan baru di masyarakat.
"Kebiasaan baru dengan momen covid-19 ini diharapkan menjadi suatu pencetus atau suatu ide yang membudaya. Kita harapkan dengan momen pandemi ini menjadi suatu kebiasaan baru yang lebih membumi dan menggerakkan masyarakat, tuturnya.
(mln/sfr)