Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU), Abdul Ghaffar Rozin mencatat sudah lebih dari 100 pondok pesantren di Indonesia menjadi klaster Covid-19.
"Sampai saat ini hampir 4000 santri terpapar," kata Abdul dalam Malam Puncak Hari Santri yang digelar PBNU di Kanal Youtube NU Channel, Kamis (22/10).
Meski demikian, Abdul tak merinci nama dan di lokasi mana saja pesantren yang terpapar virus corona tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abdul turut mencatat ada 112 kiai NU dan istrinya yang meninggal dunia terhitung sejak akhir Februari 2020 sampai saat ini. Meski demikian, Abdul enggan mengklaim semua kiai yang meninggal dunia itu diakibatkan karena terpapar Covid-19.
Abdul hanya menyoroti jumlah kiai yang meninggal saat ini mengalami lonjakan yang sangat signifikan dibandingkan jangka waktu yang sama pada tahun 2019 lalu.
"Dibandingkan 3-4 bulan pada tahun-tahun lalu, tahun ini sungguh kita kehilangan sangat banyak sekali kiai dan bu nyai kita," kata dia.
Abdul menyatakan kondisi penyebaran virus corona yang mewabah di Indonesia telah berdampak sangat serius bagi pesantren. Ia menyadari kebanyakan para santri yang terpapar rata-rata masih sangat terlihat sehat.
"Tapi kita gak bisa memungkiri para santri bisa menulari para ustaz, kiai dan keluarganya, juga para keluarga pesantren lainnya," kata dia.
Abdul lantas berpesan agar seluruh santri dan pengurus pondok pesantren tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan corona yang ketat. Sebab, tak ada satu pihak yang bisa memprediksi kapan virus corona akan berakhir di Indonesia.
"Karena itu, keluarga besar pesantren gak boleh terlena. Dan selalu waspada dan menegakkan protokol secara disiplin," kata dia.
(rzr/ain)