Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut tren penurunan kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia terjadi hingga mencapai 40 persen dalam sebulan terakhir.
Kendati demikian, IDI meminta agar tren penurunan ini tidak membuat pemerintah lengah dalam melakukan testing, tracing, treatment (3T). Pun masyarakat saat ini diharapkan tak abai dengan protokol kesehatan yang meliputi 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
"Angka yang sakit Covid-19 turun sekitar 40 persen hingga hari ini, tapi harus tetap waspada," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar IDI Slamet Budiarto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi mengatakan penurunan itu terjadi dalam sebulan terakhir, utamanya saat DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada 12 Oktober lalu. Beberapa daerah dengan zona merah juga menunjukkan tren penurunan kasus pasien positif yang dirawat di rumah sakit.
Perihal keterkaitan penurunan pasien dan suspek dengan tingkat penurunan testing oleh pemerintah, Budi menyebut jumlah spesimen yang diperiksa atau suspek yang menunggu hasil tidak selalu dapat dijadikan patokan.
Selama ini, kata Budi, pihaknya hanya melihat data kasus positif dan angka kematian untuk mengukur jumlah pasien dan bed occupancy rate (BOR).
"Pegangan kami pada angka kesakitan atau pasien yang dirawat di RS, dan angka kematian yang turun," kata dia.
![]() |
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Susi Setiawaty juga menyatakan hal serupa dengan Budi. Menurutnya, tren penurunan jumlah pasien Covid-19 terjadi dalam beberapa pekan ini di Indonesia.
"Pasien menurun ya di DKI dan idem pasien luar DKI, semoga terus menurun, semoga cepat berlalu," Kata Susi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/11).
Susi meyakini tren penurunan itu terjadi karena masyarakat sudah mampu menjalani protokol kesehatan Covid-19 3M dengan baik, serta upaya seluruh pihak baik pemerintah maupun tenaga kesehatan dalam menekan laju penyebaran virus corona sudah cukup optimal.
"Saya rasa semua stakeholder sudah berusaha bersama-sama menekan Covid-19. Sosialisasi terus menerus dan dukungan masyarakat untuk komitmen terhadap 3M, sehingga jangan lengah ke depannya," pungkas Susi.
Sementara itu, CNNIndonesia.com mencoba melakukan penelusuran ketersediaan kapasitas ruang isolasi RS di Jakarta melalui laman Executive Information System Dinkes DKI Jakarta per Kamis (5/11). Dari laporan harian itu, tercatat enam RS rujukan Covid-19 di ibu kota mengalami kekosongan ruangan atau nol kapasitas tersedia.
RS itu yakni RSUD Koja, RSUD Kebayoran Baru, RSUD Jati Padang, RSKD Duren Sawit, RSU Adhyaksa, dan RSUD Kalideres.
Sebelumnya, jumlah harian orang yang diperiksa terkait virus corona sepekan terakhir tercatat fluktuatif dan cenderung melandai. Kisaran tes yang dilakukan dalam periode 28 Oktober hingga 4 November 2020 menunjukkan rata-rata di angka 26 ribu orang per hari.
Sedangkan rata-rata jumlah testing sebelumnya mencapai rata-rata target pemerintah hingga 33 ribu kasus, bahkan pada Selasa (13/10) sempat mencatat rekor jumlah testing tertinggi sepanjang Oktober dengan 40.012 orang per hari.
Selain angka testing yang merosot, jumlah kasus harian suspek Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan drastis dalam sepekan terakhir ini. Tercatat penurunan hingga 100 ribu kasus supek terjadi dalam periode Kamis (29/10) hingga Selasa (3/11).
Penurunan kasus mulai terjadi pada musim libur panjang lalu atau sejak Kamis (29/10). Tercatat saat itu jumlah penambahan kasus supek harian hanya berada di angka 68.888 suspek. Disusul hari berikutnya Jumat (30/10) dengan 68.292 kasus suspek harian.
Kemudian pada 31 Oktober dengan 67.900 suspek, 1 November 61.2015 suspek, 2 November 59.500 suspek dan 56.039 suspek pada 3 November kemarin.
Bila dibandingkan dengan tambahan kasus supek harian sepekan sebelumnya, Indonesia rata-rata mencapai angka suspek hingga 150 ribu kasus suspek per hari.
(khr/pmg)