Pengamat Soroti Target Anies Surutkan Banjir DKI 6 Jam

CNN Indonesia
Kamis, 05 Nov 2020 20:19 WIB
Pengamat tata kota mengkritik Gubernur DKI Anies Baswedan yang menargetkan banjir surut 6 jam lantaran sarana belum mendukung.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai tak realistis menargetkan banjir surut dalam waktu enam jam. (Foto: Courtesy of Pemprov DKI Jakarta)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menyangsikan banjir Jakarta bisa surut dalam waktu enam jam sebagaimana yang ditargetkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Menurut Yayat, dengan kondisi saat ini, banjir Jakarta belum bisa akan surut dalam jangka waktu tersebut.

Kondisi yang dimaksud Yayat yakni soal sarana dan prasarana di Jakarta, termasuk sungai, sistem drainase, dan pompa milik DKI. Menurut dia, ketiga elemen tersebut dinilai belum mampu mempercepat surutnya banjir Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau pasang target boleh-boleh saja, tapi target yang realistislah, kira-kira antara target dengan dukungan sarana dan prasarananya," kata Yayat saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/11).

Yayat menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga harus bisa membedakan banjir dan genangan. Menurutnya, dua hal itu bisa berbeda.

Ia mengatakan, kenyataannya di beberapa daerah banjir baru bisa surut setelah empat hari. Sementara itu, jika genangan rata-rata memang bisa surut dalam waktu 3-4 jam.

"Jadi pertanyaannya bagaimana kita bisa mengurangi waktu untuk menghilangkan genangan. Beda loh antara genangan dengan banjir," ujar Yayat.

"Kalau banjir itu misalnya kasusnya seperti di beberapa daerah yang rawan itu bisa berhari-hari, paling lambat empat hari," kata dia menambahkan.

Namun demikian, menurut Yayat, Pemprov DKI bisa saja merealisasikan target tersebut bila kapasitas pompa ditingkatkan. Menurutnya, dengan penambahan dan peningkatan kapasitas pompa, hal itu bisa saja terjadi.

"Kita enggak bisa memindahkan air dalam kondisi secepatnya kalau seluruh permukaan air sedang tinggi-tingginya, kemudian volume air juga cukup besar, dan kapasitas pompanya juga belum maksimal," tuturnya.

Pengamat tata kota lainnya, Nirwono Joga mengatakan, target banjir enam jam surut realistis atau tidak dapat dilihat dari tiga indikator. Pertama adalah kondisi drainase yang ada di Jakarta.

Menurut dia, dengan kondisi saat ini, drainase di Jakarta hanya mampu menampung air hingga 100-150 milimeter/hari.

Sementara dari catatannya, saat awal musim hujan pada Oktober kemarin, curah hujan di Jakarta sudah mencapai 110 mm/hari, bahkan di awal tahun yang sempat banjir besar sampai menyentuh angka 370 mm/hari.

"Dari data seperti itu saja bisa kita pastikan bahwa kapasitas dari drainase di Jakarta tidak memadai," ujar Nirwono.

Menurut dia, curah hujan di Jakarta bisa saja meningkat, mengingat fenomena alam La Nina. Menurut dia, jika hujan ekstrem, otomatis akan terjadi luapan di drainase Jakarta.

Indikator kedua yakni soal banjir kiriman dari wilayah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Menurut dia, jika kawasan Puncak hujan lebat, maka risiko ancaman banjir kiriman akan terjadi.

Hal itu, kata dia, menyebabkan banjir di pemukiman warga yang berada di bantaran kali. Sementara, kapasitas sungai di Jakarta rata-rata lebarnya hanya 15-20 meter.

"Dari situ aja terlihat kapasitas sungai kita tidak memadai, hasilnya begitu hujan lebat, otomatis sungai meluap," ungkapnya.

Infografis Jakarta di Pusaran Macet dan BanjirFoto: CNN Indonesia/Timothy Loen
Infografis Jakarta di Pusaran Macet dan Banjir

Indikator yang terakhir yakni, saat ini daerah resapan air seperti situ, danau, embung, dan waduk di Jakarta belum beroperasi maksimal. Hal ini terlihat dari pengerukan belum berjalan dengan baik.

"Nah, ketiga hal itu yang tidak terjadi. Fokusnya Pemda sekarang ini, di luar pandemi Covid, tentu kita apresiasi apa yang sudah dilakukan, tapi ini hanya kegiatan rutin. Seperti grebek lumpur yang lagi digiatkan itu, lumpur saluran air, lumpur sungai, dan lain-lain," pungkasnya.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya menginstruksikan agar seluruh jajaran mewaspadai banjir dampak dari fenomena alam La Nina.

Menurut Anies, fenomena La Nina dapat mengakibatkan curah hujan yang jauh lebih intensif dari biasanya.

Anies menyebut, sistem drainase Jakarta memiliki ambang batas rata-rata kapasitas maksimal untuk menampung 100 milimeter hujan per hari.

Apabila curah hujan berada di angka di atas 100, seperti pada awal tahun 2020, maka seluruh jajaran Pemprov DKI harus bersiaga menghadapi bencana banjir besar.

Saat itu, curah hujan di Jakarta mencapai 377 milimeter per hari, artinya 3,7 kali lipat dari kapasitas sistem drainase rata-rata Jakarta.

"Sehingga, tanggung jawab kita ketika ini terjadi ada dua kunci. Satu, memastikan seluruh warga selamat. Tanggung jawab kita memastikan seluruh semua selamat jangan ada korban," kata Anies pada Rabu (4/11).

(dmi/psp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER