Pemerintah dinilai tidak bersikap tegas menanggapi kerumunan massa pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, yang baru kembali ke Tanah Air usai menetap di Arab Saudi selama 3,5 tahun.
Sontak, terjadi kerumunan massa simpatisan Rizieq ketika tren kasus virus corona (covid-19) di Indonesia masih meningkat bahkan mencatat rekor harian.
Saat kedatangan Rizieq pada Selasa (10/11) lalu, ribuan simpatisannya 'mengepung' Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta untuk menyambut kedatangan sang imam besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat kerumunan itu, lalu lintas menuju bandara lumpuh total dan sejumlah penerbangan harus dijadwal ulang. Sebagian besar simpatisan Rizieq yang datang ke bandara juga tak mengindahkan aturan menjaga jarak dan penggunaan masker.
Hingga kini, belum ada respons tegas maupun peringatan/sanksi dari pemerintah provinsi DKI Jakarta atau pemerintah pusat terkait kerumunan massa yang ditimbulkan simpatisan Rizieq.
Di sisi penegakan hukum, Kapolri yang diharapkan menindak tegas pelanggaran protokol kesehatan juga tidak secara langsung menyinggung kerumunan massa simpatisan Rizieq.
Dalam jumpa pers pada Sabtu (14/11), Kapolri Jenderal Idham Aziz mengakui bahwa terdapat sejumlah kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa dalam beberapa waktu terakhir. Namun, ia tak menegaskan tindakan hukum apa yang akan dilakukan bagi para pelanggar protokol kesehatan.
"Untuk menyelamatkan semua orang yang ada di Indonesia ini, terjadinya beberapa kerumunan massa tanpa protokol kesehatan menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat," imbuhnya dalam konferensi pers yang ditayangkan Kompas TV.
Pernyataan Kapolri itu pun menimbulkan kritik dari masyarakat dan sejumlah pejabat. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menganggap Kapolri seharusnya mengeluarkan pernyataan yang lebih tegas lagi dari sekadar imbauan.
"Kalau mengimbau itu pekerjaan ormas," cetus Abdul Mu'ti kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (14/11).
Mu'ti berpendapat semestinya kepolisian selaku aparatur pemerintah bisa lebih proaktif menyikapi kerumunan yang terjadi, seperti mengadakan musyawarah dan menjelaskan aturan dengan segala konsekuensinya.
Selain Mu'ti, kritik juga terlontar dari Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Muchamad Nabil Haroen. Ia menyatakan kerumunan massa Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta merupakan alarm bagi pemerintah mengenai prosedur pengamanan dan penertiban kerumunan harus diperiksa ulang.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama itu memandang Satgas Covid-19 harus memberikan teguran agar tidak terjadi peristiwa serupa. Ia berharap tak ada pembenaran atas kesalahan atau penyalahgunaan protokol yang merugikan pihak lain secara luas seperti ini.
"Ini hal penting yang harus disampaikan agar masyarakat secara luas juga aware (sadar) bahwa protokol kesehatan di masa pandemi ini bisa diberlakukan secara ketat," katanya melalui keterangan tertulis.
Alih-alih melakukan karantina selama 14 hari karena baru tiba dari luar negeri, Rizieq juga langsung menghadiri sejumlah acara dan mengisi ceramah secara tatap muka.
Padahal, aturan imigrasi yang menyesuaikan protokol kesehatan selama pandemi mengharuskan setiap warga negara yang baru tiba dari luar negeri melakukan karantina mandiri 14 hari.
Acara yang dihadiri Rizieq juga lagi-lagi menimbulkan kerumunan massa, salah satunya Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Majelis Ta'lim Al Alaf Alhabib Ali bin Abdurrahman Assegaf, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada Jumat (13/11).
Masyarakat memadati Jalan Tebet Raya hingga Jalan Tebet Raya Utara, untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi tersebut. Mereka duduk berdekatan tanpa jaga jarak, meskipun menggunakan masker.
Alih-alih memberi peringatan atau sanksi bagi penyelenggara acara terkait kerumunan massa, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria dan Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali malah turut menghadiri acara Maulidan tersebut.
Sebelumnya, pada Selasa (10/11), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan menyambangi Rizieq di kediaman sang imam besar FPI.
Sikap para pejabat pemerintah itu dinilai semakin memberi legitimasi khusus terhadap simpatisan Rizieq Shihab dan pembenaran bahwa masyarakat boleh berkerumun di tengah pandemi yang belum tuntas.
Kerumunan massa juga terjadi ketika Rizieq menghadiri acara Maulid di Pondok Rangoon Jakarta Timur.
Tak berhenti sampai disitu, euforia kedatangan Rizieq dikalangan pengikutnya juga masih berlangsung hingga akhir pekan ini. Acara serupa juga dihadiri Rizieq di Pesantren Alam dan Agrokultural Markas Syariah FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor pada Sabtu (14/11).
Pada Sabtu malamnya, Rizieq kembali mengadakan acara Maulidan sekaligus pernikahan putrinya di kediammnya di wilayah Petamburan, Jakarta Pusat.
Ketidaktegasan pemerintah soal pelanggar protokol kesehatan semakin terlihat setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membagikan 20 ribu masker bagi massa yang akan menghadiri acara pernikahan putri Rizieq.
"Masker kain 10 ribu, masker medis 10 ribu, dan hand sanitizer bisa diisi ulang," ujar Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan BNPB Rustian di Petamburan.
Rustian bilang pembagian masker merupakan arahan dari Kepala BNPB Doni Monardo. Tidak cuma itu, BNPB juga memberikan alat rapid test kepada Satgas Provinsi DKI Jakarta yang dapat digunakan untuk memeriksa tamu di acara Maulid Nabi itu.
Tindakan BNPB tersebut sontak menimbulkan kritikan dari masyarakat terutama melalui media sosial dengan tagar #IndonesiaTerserah.
Tagar ini salah satunya diserukan oleh relawan covid-19 sekaligus aktivis media sosial, Dokter Tirta. Melalui akun @tirtha_hundhi, ia mencurahkan kekecewaannya terhadap pemerintah.
Menurutnya, pemerintah kurang tegas dalam mengedukasi protokol kesehatan kepada masyarakatnya. Ia juga mengecam langkah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membagikan masker ke tamu undangan Rizieq.
"Kami rakyat Indonesia yang berkorban karena pandemi kecewa karena pembuatan kebijakan @BNPB_Indonesia bagi-bagi masker ke tamu undangan daripada pengungsi merapi. Kemana kalian pembuatan kebijakan? Ga sedih atas kematian ratusan nakes hah?," kicaunya di Twitter.
Ia juga mengunggah gambar kartun tenaga kesehatan yang tengah memegang kertas bertuliskan "INDONESIA??? TERSERAH!!! Suka-suka kalian saja".
(rds/bir)