Sejak Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Pusat diresmikan, tempat ini sudah menampung ribuan pasien positif Covid-19. Kegiatan yang sangat padat ini tentunya memerlukan jumlah tenaga kesehatan yang tidak sedikit.
Adalah seorang dokter muda, Aulia Giffarinnisa, yang mengajukan diri menjadi dokter di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran. Namun, keinginannya untuk mengabdi ini tak mudah karena harus terlebih dahulu meyakinkan kedua orang tuanya.
"Dari April 2020 sudah ingin bergabung, tetapi belum ada izin dari orang tua. September baru dapat izin, dan akhirnya bergabung ke Wisma Atlet," kenang Aulia dalam forum Dialog Produktif dengan tema 'Berjuang dan Berbakti Menyembuhkan Negeri dari Pandemi' di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), berdasarkan rilis yang diterima, Selasa (17/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal sama juga dialami Lia Gustina, seorang perawat asal Lampung yang juga mengajukan diri menjadi suster di RSDC Wisma Atlet Covid-19. Awalnya, niat baik Lia juga tidak mendapat restu orang tua.
"Awalnya saya merasa terpanggil saja. Saya ingin tahu bagaimana sebenarnya terjun ke sana, apa benar menakutkan seperti di berita. Keluarga juga melarang, apalagi saya punya dua anak kecil. Awalnya tidak dapat izin, tetapi karena tekad saya keras, saya memaksa ingin berangkat, akhirnya keluarga mengizinkan," ceritanya.
Meskipun penuh risiko, para tenaga kesehatan dan relawan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kesembuhan para pasien.
"Kalau misalnya sudah 2 bulan, sudah di-swab berkali-kali, dan hasilnya dinyatakan negatif, pasien berterima kasih. Kalau sudah begitu, kita rasanya gimana gitu," ucap dr Aulia menceritakan hal yang membahagiakannya selama berada di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.