Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta atau Kodam Jaya menyatakan wanita berbaju motif kotak-kotak di kendaraan tempur (ranpur) panser Anoa TNI saat penertiban baliho Rizieq Shihab tak berizin di Petamburan pada Jumat (20/11) adalah seorang jurnalis.
Hal ini sekaligus mengklarifikasi video dan pemberitaan yang viral dan menjadi pembicaraan di media sosial. Bahkan tidak sedikit yang menghubungkan dengan pendukung salah satu sosok yang identik dengan baju kotak-kotak.
"Wanita yang berada di atas kendaraan tempur ranpur Anoa TNI tersebut adalah seorang jurnalis tulis dari media siber nasional. Jadi tidak perlu membawa alat kamera foto maupun kamera video dalam membuat suatu pemberitaan," kata Kapendam Jaya Letnan Kolonel Arh Herwin Budi Saputra dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kodam Jaya menilai harus segera meluruskan pemberitaan dan informasi yang berkembang liar tersebut agar tidak menimbulkan kecurigaan dan kegaduhan terkait ada seorang yang disebut "wanita berbaju kotak-kotak" itu di atas ranpur TNI saat pelaksanaan penertiban baliho tak berizin.
Herwin Budi menjelaskan bahwa jurnalis tersebut tidaklah sendirian ketika melakukan peliputan kegiatan penertiban baliho di seluruh jalan protokol yang ada di Jakarta. Namun ada enam jurnalis lainnya yang ikut meliput dan dibagi ke dalam dua panser.
"Sebenarnya bukan sendirian, ada tujuh awak media yang ikut meliput saat kegiatan penertiban baliho HRS di seluruh jalan protokol," kata dia.
Satu ranpur TNI dinaiki tiga jurnalis. Ranpur TNI satunya dinaiki oleh empat jurnalis.
Klarifikasi ini menjawab tentang video yang viral di media sosial (medsos) saat puluhan personel TNI menggunakan motor trail dikawal ranpur TNI sedang menuju Petamburan. Ada penumpang warga sipil yang turut naik panser.
Penumpang perempuan tersebut memakai baju kotak-kotak menjadi bahan pembicaraan warganet (netizen).
"Banyak yang curiga dan mempertanyakan mengapa warga sipil bisa naik panser yang ingin menurunkan spanduk dan baliho HRS, di sini saya nyatakan wanita tersebut adalah seorang jurnalis," katanya menegaskan.
Melalui keterangan tertulis Kodam Jaya menerangkan tujuh jurnalis yang ikut dengan TNI menumpangi dua ranpur. Pada ranpur pertama, ada tiga jurnalis dari kontributor CNN TV, Wartakota dan Genpi.com.
Kemudian di ranpur kedua ada empat jurnalis antara lain dari LKBN Antara, Medcom.id, Koran Lampu Hijau dan kontributor dari Indosiar.
Sementara itu secara terpisah, Pemimpin Redaksi Detik.com Alfito Deannova Gintings membantah bahwa editornya ikut menumpang ranpur TNI dalam insiden tersebut. Ia juga menegaskan, dalam perkara ini, pihaknya tak berpihak pada kelompok manapun.
Alfito pun mengungkapkan salah satu editor Detik.com, Odilia Winneke mengalami doxing dan bullying di media sosial lantaran dituding melakukan tindakan politik praktis yakni turut serta dalam penertiban baliho.
"Odilia sehari-hari merupakan editor di kanal detikFood. Di mana konten yang diulasnya sehari-hari terkait dengan resep-resep dan wisata kuliner. Jadi tuduhan yang menyebut yang bersangkutan sampai naik panser untuk membela salah satu kubu politik itu merupakan tuduhan yang tidak masuk akal," terang Alfito dikutip dari Detik.com.
Alfito lantas mengecam perundungan oleh pihak tidak bertanggung jawab terhadap pekerjanya. Ia pun memastikan, seluruh pihak di Detik.com melaksanakan kegiatan jurnalistik sesuai UU Pers, kode etik jurnalistik dan pedoman media siber.
Ia juga menampik bahwa Detik.com adalah bagian dari Gramedia seperti dikatakan pengguna media sosial saat mengomentari foto tersebut. Alfito menjelaskan, Detik.com merupakan bagian dari Transmedia.
"Kami tidak pernah terlibat dalam politik praktis dan kegiatan-kegiatan turunannya. Tindakan doxing yang dialami Odilia adalah upaya-upaya mengganggu kerja jurnalistik Detik.com," tukas Alfito.
(antara/gil)