Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membatalkan rencana mengizinkan pembelajaran tatap muka di sekolah di semua zona pada awal 2021.
Ketua Umum IDAI, Aman B Pulungan menilai pembelajaran tatap muka saat ini masih berisiko di tengah lonjakan kasus positif Covid-19.
Meski kondisi tiap daerah berbeda-beda, dia mengatakan pembelajaran secara langsung tetap berisiko terhadap rutinitas keseharian anak dan keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedapatnya keputusan membuka kembali sekolah dalam waktu singkat dihindari karena berdampak pada rutinitas keseharian anak dan keluarga," kata Aman dalam keterangannya, Selasa (1/12).
IDAI mencatat per 29 November, angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia masih cukup tinggi dengan persentase mencapai 3,2 persen dari total angka kematian.
Angka itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kematian anak karena Covid-19 tertinggi dibanding negara-negara se-Asia Pasifik.
Lebih lanjut menurut IDAI, satu dari sembilan kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia merupakan anak dengan rentang usia 0-18 tahun.
Aman menyebut, anak yang tidak bergejala atau hanya bergejala ringan dapat menjadi sumber penularan terhadap lingkungannya.
"Bukti-bukti menunjukkan bahwa anak juga dapat mengalami gejala Covid-19 yang berat dan mengalami suatu penyakit peradangan hebat akibat terinfeksi Covid-19 yang ringan sebelumnya," kata Aman.
Fakta-fakta itulah yang kemudian membuat IDAI menilai pembelajaran tatap muka di sekolah berisiko tinggi meningkatkan angka kasus positif.
IDAI, kata Aman, juga berkaca dari sejumlah negara yang mengalami lonjakan kasus positif pada anak usai pembukaan sekolah. Dia menyebut misalnya di Korea Selatan, Prancis, Amerika Serikat, dan Israel.
"Semua warga sekolah, termasuk guru, dan staf dan juga masyarakat memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan Covid-19," kata Aman.
![]() |
Di luar itu, Aman menyatakan IDAI mendapati fakta bahwa tingkat stres pada anak juga meningkat selama 10 bulan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19. Itu, sambungnya, membutuhkan perhatian dan penanganan khusus dari banyak pihak.
Selain itu, IDAI pun memberikan imbauan kepada para orang tua untuk memberi edukasi penerapan protokol kesehatan pada buah hati mereka.
"Ketika anak belum mampu hendaknya tidak dimarahi, melainkan diberi apresiasi ketika ia mampu melakukan dengan benar, serta terus diberikan contoh, kesempatan, dan bimbingan secara berulang-ulang hingga lancar dan menjadi kebiasaan," kata Aman.
(thr/kid)