Pemerintah telah memutuskan untuk memangkas tiga hari jatah libur akhir tahun. Dari semula 11 hari, libur yang bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru 2021 itu kini hanya menjadi delapan hari.
Dengan keputusan tersebut, libur akan dimulai sejak 24-27 Desember, kemudian dilanjut mulai 31 Desember sampai 3 Januari 2021.
Ragam tanggapan muncul di masyarakat. Ada yang mendukung, ada juga yang kecewa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karyawan swasta asal Tangerang, Dea (23), salah satu warga yang kecewa dengan pemangkasan libur panjang akhir tahun.
![]() |
Menurutnya, libur panjang tak selalu berkorelasi dengan peningkatan kasus positif virus corona. Tergantung dari kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.
Termasuk juga ketika jumlah libur dipangkas. Belum tentu kasus positif virus corona bisa ditekan lebih optimal. Semuanya tergantung kesadaran dan kepatuhan setiap orang.
"Enggak ngaruh juga. Tergantung orangnya. Bukan masalah libur atau enggaknya, kalau kita tetap jaga protokol kesehatannya aman-aman saja," kata Dea.
Berbeda halnya dengan Fahri (25). Dia tak terlalu memusingkan pro dan kontra pemangkasan hari libur akhir tahun.
Fahri sehari-hari bekerja sebagai karyawan di toko ritel, sehingga dirinya tetap masuk kerja di tanggal merah atau cuti bersama.
Dia justru lebih setuju jika libur panjang akhir tahun dipangkas lebih banyak. Bukan hanya tiga hari. Menurutnya, itu bisa menekan laju penularan virus corona.
"Karena kan waktu libur panjang lebaran kemarin kita nggak boleh libur. Alangkah baiknya sekarang sama karena angkanya belum turun," kata Fahri.
![]() |
Terpisah, karyawan swasta asal Jakarta Barat, Iwan (35) mendukung langkah pemerintah. Dia yakin pemerintah telah melalui kajian matang.
Akan tetapi, meski dipangkas 3 hari, masih ada 8 hari libur di akhir tahun. Iwan cemas tetap banyak masyarakat yang berwisata, sehingga upaya menekan penularan virus corona jadi tidak maksimal.
"Namanya kalau libur yang enggak putus, mungkin ada yang punya niat sama libur di suatu pariwisata yang akhirnya menimbulkan kerumunan atau apa," kata Iwan.
"Kalau pun pemerintah perlu melakukan kebijakan, ya tempat-tempat yang berpotensi keramaian itu paling tidak dimonitor," tambahnya.
![]() |
Kardiman (42), sopir taksi di Jakarta Selatan juga mendukung keputusan pemerintah memangkas libur akhir tahun. Dia yakin pemangkasan libur bisa berdampak positif terhadap upaya penanggulangan virus corona.
Kardiman juga akan memanfaatkan libur akhir tahun nanti. Akan tetapi, dia tidak ingin ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang.
"Rencananya ada libur. Cuma tidak untuk berkerumun untuk, sama keluarga saja," kata dia.
(thr/bmw)