Covid-19 Berbahaya, 3M dan Vaksin Jalan Keluarnya

Satgas Covid-19 | CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2020 19:00 WIB
Pandemi Covid-19 masih berlanjut. Sambil menunggu kehadiran vaksin, cara mencegahnya adalah 3M dan 3T.
Pandemi Covid-19 masih berlanjut. Sambil menunggu kehadiran vaksin, cara mencegahnya adalah 3M dan 3T. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Protokol Kesehatan dan vaksin menjadi penanganan ampuh bagi Covid-19. Penyakit ini, selain mudah menular juga menimbulkan problem sistematis bagi pasien dengan komorbid.

Anggota Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Soedjatmiko mengungkap penanganan paling efektif pandemi Covid-19 paling tidak harus meliputi tiga hal.

Pertama, masyarakat yang dispilin menerapkan protokol kesehatan, pelaksanaan 3T (tracing, testing, dan treatment), serta vaksinasi dengan cakupan 70 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ayo kita cegah Covid-19 dengan 3M dan 3T, tapi harus ditambah dengan vaksinasi yang memiliki cakupan 70 persen, maka diharapkan penularan akan terhambat, pandemi melambat, dan ekonomi akan meningkat," kata Soedjatmiko dalam Dialog Produktif 'Indonesia Siapkan Vaksin' yang digelar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (02/12).

Protokol kesehatan ini sesuai dengan kampanye #SatgasCovid19, yakni #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan pakai sabun, dan #jagajarak hindari kerumunan.

Ia menyebut Covid-19 tidak pandang bulu. Catatan ITAGI menyebut 60,4 persen pasien Covid-19 di rentang umur 19-59 tahun meninggal. Mereka pada usia ini aktif di luar rumah dengan berjualan, bermain, dan segala aktivitas lainnya. Pemerintah telah berupaya maksimal dengan melakukan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment) dan mengedukasi masyarakat agar patuh terhadap 3M.

Namun, hingga November sekitar 160 dokter dan 130 perawat atau paramedis meninggal dunia. Mereka berjuang untuk mengobati yang terlanjur sakit.

Menurutnya inisiatif melakukan intervensi kesehatan melalui vaksin pun dilakukan melihat kondisi pandemi akhir-akhir ini yang cukup sulit untuk dikendalikan oleh sejumlah negara di dunia.

"Sejak Mei China sudah mulai menyiapkan vaksin, WHO juga memulai langkah sama di bulan Juni, sementara di Amerika dan Eropa juga memulai persiapan kandidat vaksin di bulan Juni-Juli," ucap dia.

Vaksinasi merupakan langkah yang aman dan umum dilakukan di dunia, termasuk di Indonesia. Indonesia telah melakukan vaksinasi kepada jutaan jiwa sejak 1974 dan terbukti aman. Percepatan penemuan vaksin dengan tetap memperhatikan asas keamanan dan efektivitas sangat diperlukan saat ini.

"Perkara vaksin mana yang dipakai itu nanti biar pemerintah yang menentukan, tapi salah satu vaksin yang mungkin akan dipakai di Indonesia adalah vaksin Sinovac yang sudah diuji klinik fase III di Bandung," imbuhnya.

Ia berharap kelak masyarakat mau terlibat aktif dalam imunisasi ketika vaksin sudah siap diedarkan. Survei ITAGI bersama Kementerian Kesehatan menyebutkan, 64 persen orang Indonesia mau menerima vaksinasi dan 24 persen masih ragu. Soedjatmiko berharap kelompok yang masih ragu-ragu ini nantinya mau turut serta, supaya terlindung dari penularan Covid-19, sakit, dan kematian.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Erika, selaku tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam penanganan pasien Covid-19 mengaku sering merasa rasa takut terpapar Covid-19 masih ada sampai sekarang. Namun keberaniannya tumbuh ketika mulai melihat pasien sembuh.

Kondisi paling berat ia temukan pada pasien dengan komorbid jantung. Kondisi kesehatan mereka sangat buruk semasa perawatan.

"Pasien Covid-19 dengan komorbid jantung dan hipertensi cukup tinggi. Pasien Covid-19 dengan komorbid jantung secara otomatis menciptakan problem tersistematis (systemic problem) yang perawatannya jauh lebih sulit daripada yang tanpa komorbid", terangnya.

(ayo/fjr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER