Per 1 Desember 2020, zona merah Covid-19 kembali muncul di Jawa Timur. Empat daerah menyandang status risiko tinggi penyebaran Virus Corona itu, yakni Kabupaten Situbondo, Kabupaten Jember, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu.
Menurut data yang Satgas Penanganan Covid-19 Jatim, kasus kumulatif Covid-19 aktif di provinsi ini per 2 Desember 2020 mencapai 62.773 kasus. Rinciannya, kasus aktif 3.045 kasus, 4.468 meninggal dunia, dan 55.260 sembuh.
Anggota Gugus Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jatim Makhyan Jibril Al-Farabi mengatakan kenaikan kasus di Jatim dalam satu minggu terakhir ini merupakan dampak dari libur panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, banyak warga menggelar agenda kunjungan antar-kerabat tanpa mematuhi protokol kesehatan. Hal ini mengakibatkan banyak munculnya klaster keluarga maupun kantor yang kebanyakan dari interaksi dalam ruangan.
"Dampak libur panjang juga dirasakan secara nasional," kata Jibril, Rabu (2/11).
Ia menambahkan penyebab terjadinya zona merah di empat daerah tersebut lantaran adanya lonjakan kasus baru, atau kematian yang mendadak, yang jumlahnya dua kali lipat dari biasanya.
"Seperti di Jember, pekan ini terdapat kasus baru sebanyak 451 orang, angka ini jauh lebih tinggi dari minggu sebelum-sebelumnya dimana rata-rata kasus baru hanya 110-an orang saja. Sementara itu yang meninggal naik drastis sebanyak 32 orang, padahal minggu sebelumnya hanya 8 orang," ujarnya.
Sementara di Jombang, kasus pekan ini bertambah sebanyak 134 orang, padahal sebelum-sebelumnya hanya 60-70 kasus baru per pekan, dengan jumlah kematian yang juga naik drastis menjadi 40 orang, padahal sebelumnya hanya 6 orang.
Untuk Situbondo, kenaikan kasus pekan ini sebanyak 202 orang, padahal biasanya kasus baru hanya 40-50 orang, dengan kematian per pekan sebanyak 13 orang, padahal biasanya hanya 3 orang. Kota Batu, sebenarnya kasus baru tidak naik terlalu banyak.
"Namun karena jumlah yang meninggal dalam seminggu 6 orang, dari yang biasanya 3 orang, maka akhirnya dideteksi sebagai kenaikan yang signifikan," ucap Jibril.
Sementara itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa meminta semua masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan perketat protokol kesehatan, utamanya di daerah yang mengalami lonjakan kasus.
"Satgas Covid-19 saya minta untuk bekerja keras kembali dan lebih ekstra. Satgas Covid-19 Jatim bersama Dinkes juga kami minta gerak cepat simultan," pinta Khofifah.
Khofifah menambahkan upaya preventif seperti operasi yustisi bersama jajaran Polda Jatim, Kodam Brawijaya, Kejaksaan Jatim serta pengadilan akan makin ditingkatkan lagi.
"Kami telah melakukan kordinasi dengan forkopimda untuk melakukan operasi yustisi secara masif di berbagai daerah di Jatim, nampaknya protokol kesehatan di beberapa area sudah agak mengendor, jadi kita harus mengencangkan lagi, demi kebaikan bersama," kata dia.
Ia berharap agar kepatuhan terhadap protokol kesehatan dapat terus ditingkatkan. Mengingat saat ini di beberapa tempat ditemukan penerapan protokol kesehatan yang mulai mengendor. Hal ini tentunya akan sangat berkaitan erat dengan peningkatan kasus Covid-19.
![]() |
"Rumusnya, kalau protokol kesehatan kendor maka terjadi peningkatan atau lonjakan Covid-19, dan ketika Protokol kesehatan kita ketat maka Covid-19 akan melandai, atau turun," ucapnya.
Bertambahnya kasus, kata dia, juga pasti akan mengakibatkan melonjaknya bed occupancy rate (BOR). Berdasarkan catatan Satgas Covid-19 Jatim, terjadi kenaikan kasus yang cukup signifikan di Malang Raya, sehingga BOR rumah sakit mencapai 70 persen.
Untuk mengatasi hal itu pihaknya pun bergerak cepat untuk mengaktifkan kembali rencana RS Darurat untuk wilayah Malang Raya. BOR sendiri merupakan salah satu dari empat parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat hunian rawat inap di sebuah rumah sakit.
"Saat ini kami akan fokus untuk membantu relaksasi rumah sakit di Malang Raya dengan mendirikan RS Darurat Lapangan (RSDL)," kata Mantan Menteri Sosial RI ini.
Meski demikian, pihaknya juga akan meningkatkan upaya 3T, yaitu testing, tracing dan treatment. Hal itu menurutnya penting untuk melihat kondisi penularan dan melakukan langkah penanganan. Ia juga meminta seluruh pihak tak lenga.
"Namun demikian, kali ini kita juga bisa lihat bahwa kasus Covid-19 bisa naik sewaktu-waktu bila kita lengah," pungkas dia.
(frd/arh)