Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memaparkan tren kenaikan positivity rate di Tanah Air pada Desember ini menunjukkan sebaran virus corona di Indonesia masih sangat masif dan berbahaya.
Positivity rate atau rasio positif merupakan jumlah kasus positif dibandingkan dengan jumlah tes atau jumlah berapa orang yang positif dari seluruh orang yang diperiksa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas positivity rate sebesar 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan tren persentase positivity rate Indonesia sendiri menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, per 13 Desember 2020 meningkat hingga 18,10 persen.
"Tingginya positivity rate menunjukkan masih tingginya penularan yang berada di masyarakat, dan hal ini sangat berbahaya. Positivity rate yang tinggi hanya dapat ditekan melalui kepatuhan masyarakat dalam protokol kesehatan," terang Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/12).
Wiku mengungkapkan, persentase positivity rate bulan ini lebih tinggi dibanding November yang berada di angka 13,81 persen.
Ia pun merinci, positivity rate pada Juni sebesar 12,17 persen, sementara Juli naik menjadi 13,75 persen, lantas Agustus melejit ke angka 16,17 persen, dan September naik menjadi 16,69 persen.
Wiku melanjutkan, positivity rate Indonesia mulai turun pada Oktober dengan jumlah 14,26 persen. Tapi kemudian naik lagi pada Desember ini.
"Angka ini sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari standar WHO yang di bawah 5 persen," kata dia.
![]() |
Oleh sebab itu, Wiku pun mengimbau agar pemerintah daerah tetap aktif menjalankan upaya testing, tracing dan, treatment (3T). Sementara masyarakat juga diharapkan tetap patuh menerapkan 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Ia meminta agar Pemda menindak tegas warga yang melanggar protokol kesehatan sesuai aturan dan denda yang berlaku. Wiku lantas mewanti-wanti masyarakat untuk tidak menghalang-halangi kerja petugas misalnya saat razia protokol kesehatan.
"Kami meminta agar Pemda melakukan penegakan disiplin penegakan protokol kesehatan secara konsisten dan tanpa pandang bulu," pungkas Wiku.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman sebelumnya menilai gelombang pertama virus corona di Indonesia tidak akan berhasil terlewati bila positivity rate masih menunjukkan angka yang tinggi.
"Indonesia tidak bisa disebut gelombang pertama terlewati kalau positivity rate kita itu masih di atas 5 persen," kata Dicky saat dihubungi CNNIndonesia.com.
Dicky pun mengingatkan ancaman gelombang-gelombang Covid-19 yang masih mungkin membayangi. Itu sebab ia tak henti meminta Indonesia untuk belajar dari negara lain yang dinilai sudah mampu melewati gelombang pertama, kedua, hingga menjelang ketiga, seperti Korea Selatan, Australia, Jerman, hingga Selandia Baru.
Sementara kasus positif infeksi virus corona di Indonesia terus bertambah setidaknya rata-rata 6 ribu kasus setiap harinya. Angka kumulatif per Selasa (15/12) menunjukkan 629.429 orang terinfeksi Covid-19. Dari total tersebut, jumlah kasus aktif sebanyak 93.662 orang atau 14,9 persen dari keseluruhan kasus.