ANALISIS

Taring PDIP-Gerindra Gagal Robohkan Benteng PKS di Depok

CNN Indonesia
Rabu, 16 Des 2020 16:38 WIB
Paslon yang diusung PKS kembali memenangkan Pilkada Depok. Padahal, lawannya diusung oleh koalisi gemuk dimotori oleh PDIP dan Gerindra.
Ilustrasi pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Mohammad Idris-Imam Budihartono yang diusung oleh koalisi PKS, Demokrat dan PPP secara resmi ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU dalam Pilkada Kota Depok 2020. Idris-Imam berhasil meraih 415.657 (55,45 persen) suara.

Kemenangan Idris-Imam berhasil mengalahkan koalisi gemuk sang rival, Pradi Supriatna-Afifah Alia dalam Pilkada 2020. Pradi-Afifah diusung oleh koalisi Gerindra, PDI-P, Golkar, PAN, PKB, dan PSI. Namun, Pradi-Afifah harus puas dengan meraih 332.689 (44,45 persen) suara.

Kemenangan Idris-Imam akan membawa PKS sebagai 'penguasa' di Kota Depok selama empat periode berturut-turut atau 20 tahun. Sejak pilkada langsung digelar di Depok pada 2005 silam, paslon yang diusung PKS selalu sukses.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa menilai wajar bila pasangan Idris-Imam kembali unggul di Depok. Ia mengatakan PKS, sebagai salah satu motor koalisi masih cukup kuat di wilayah yang berjuluk Kota Belimbing tersebut.

"Iya bentengnya PKS masih tangguh di Depok, kesimpulannya itu iya, PKS masih kuat di Depok," kata Ardha kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/12).

Ardha mengakui bahwa basis massa dan simpatisan PKS masih sangat mengakar di Depok sampai saat ini. Hal itu terbukti dari hasil survei yang dilakukan Charta Politika beberapa waktu lalu. PKS memiliki kekuatan basis massa paling mengakar di Depok ketimbang partai lainnya.

Walikota Depok Mohammad Idris. CNN Indonesia/Andry NovelinoWali Kota Depok Mohammad Idris akan kembali menjabat lima tahun ke depan usai memenangkan Pilkada Depok 2020 (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Ia mengatakan soliditas itu dibarengi dengan kemampuan PKS merawat basis massa di akar rumput. Faktor tersebut yang menjadi salah satu penyebab PKS tetap konsisten memenangkan kandidat kepala daerah jagoannya di kursi nomor 1 di Depok.

"Dari survei paling keliatan PKS paling mengakar dan paling kuat. Memang urutan kedua ada PDIP, Gerindra dan segala macam. Jadi kalau dari sisi partai mengakar. Karena suka enggak suka, semakin lama [berkuasa] semakin kuat," kata Ardha.

Berbanding terbalik dengan PKS, Ardha melihat kinerja mesin parpol koalisi Pradi-Afifah di Pilkada Depok 2020 kurang maksimal. Meski diusung oleh koalisi gemuk bermodal 33 kursi di DPRD Depok, tak secara otomatis membantu Pradi-Afifah memenangkan Pilkada.

Ia menilai keputusan para elite parpol yang berbondong-bondong mengusung Pradi-Afifah tak serta merta diikuti oleh massa dan simpatisan 6 partai pengusungnya di level akar rumput.

"Jadi tak serta merta di bawah digerakkan juga. Selama memang tidak dikonsolidasi, partai juga belum solid saya liat. Koalisi yang ada di Pradi-Afifah ini mungkin juga ada yang belum maksimal dan belum 100 persen," kata dia.

Pasangan bakal calon walikota dan wakil walikota Depok, Idris Abdul Somad (kedua kiri) dan Pradi Supriatna (tengah) berjalan kaki menuju Kantor KPUD Depok untuk mendaftarkan diri pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Depok 2015 di Depok, Jawa Barat, Senin (27/7). Pasangan Idris-Pradi yang diusung PKS dan Partai Gerindra tersebut secara resmi maju mengisi bursa bakal calon kepala daerah pada Pilkada Depok yang akan digelar 9 Desember 2015 mendatang. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ed/foc/15.Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriyatna (tengah berbaju putih) melawan Wali Kota Depok M. Idris di Pilkada 2020. Pradi kalah dari Idris (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ed/foc/15).

Idris Mudah Klaim Keberhasilan

Tak hanya itu, Ardha menilai faktor Idris sebagai petahana Wali Kota Depok memiliki andil besar dalam meraih kembali kemenangan di Pilkada Depok 2020.

Menurutnya, Idris meraih efek ekor jas dengan merebut simpati masyarakat dari berbagai 'jualan' keberhasilan pembangunan Kota Depok semasa memimpin lima tahun belakangan.

"Suka enggak suka kalau incumbent, apalagi dua-duanya maju, suka enggak suka incumbent itu dititik beratkan pada bupati atau wali kotanya. Yang nomor satu lah. Jadi masyarakat liatnya pejabat yang nomor 1 di daerah tersebut," kata dia.

Ardha menilai, 'jualan' keberhasilan suatu daerah di Pilkada akan mendapat simpati bila yang melakukan adalah sosok orang nomor 1 di wilayah tersebut, yakni Gubernur/Wali Kota/Bupati ketimbang sosok Wakil Gubernur/Wakil Wali Kota/Wakil Bupati.

Bila berhasil, klaim keberhasilan pembangunan itu bisa menjadi daya pikat bagi warga untuk memilih pemimpinnya.

Berbeda nasib dengan rivalnya, Pradi yang juga berstatus sebagai Wakil Wali Kota Depok petahana. Ardha menilai Pradi kesulitan untuk menjual dan mengklaim keberhasilan program serta kinerja pemerintahan Depok ke tengah-tengah masyarakat di Pilkada 2020.

Diketahui, Pradi merupakan Wakil Wali Kota Depok yang mendampingi Idris sejak 2015 silam.

"Karena dua-duanya maju sulit bagi Pradi untuk mengklaim 'itu hasil kerja saya lho'. Karena memang pandangan masyarakat Depok lebih ke Idris," kata Ardha.

"Tantangan Pradi itu pada kemarin memang dia sulit mengklaim kebijakan, itu problematika sendiri seorang wakil berhadapan dengan atasannya," sambungnya.

(rzr/bmw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER