Anggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mendesak pemerintah mencari tahu alasan China memesan 100 juta dosis vaksin virus corona (Covid-19) buatan perusahaan Jerman-Amerika Serikat, Pfizer/BioNTech, pada 2021.
Menurutnya, langkah tersebut aneh karena China telah memproduksi vaksin sendiri yakni buatan Sinovac serta Sinopharm.
"Kan agak aneh ya. Mereka punya vaksin sendiri, tapi beli ke tempat lain. Dari sisi keamanan dan keuangan, tentu itu kurang menguntungkan," kata Saleh kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyatakan, pendalaman itu harus dilakukan secara adil. Pasalnya, impor vaksin itu bisa saja dilakukan China dalam rangka kerja sama akademik, sebagaimana yang dilakukan Indonesia lewat PT Bio Farma (Persero) dengan Sinovac.
"Kita akan memproduksi sendiri vaksin merah putih. Namun, pada saat yang sama kita akan mengimpor vaksin dari China untuk kebutuhan nasional. Impor vaksin dilakukan mengingat jumlah dosis yang dibutuhkan sangat besar," katanya.
Berangkat dari itu, Saleh menambahkan, masyarakat tidak perlu mencurigai langkah China mengimpor vaksin dari negara lain. Ia berharap, penyelidikan terkait penyebab China mengimpor vaksin Covid-19 bisa mempertahankan kepercayaan publik terhadap vaksin buatan Sinovac.
"Harapannya, asumsi-asumsi negatif dapat dihindarkan. Pada akhirnya, tingkat kepercayaan pada vaksin produksi China tetap dapat dipertahankan," tutur Saleh.
Diketahui, China memesan 100 juta dosis vaksin Covid-19 buatan perusahaan Jerman-Amerika Serikat, Pfizer/BioNTech, pada 2021.
Perusahaan farmasi China, Shanghai Fosun Pharmaceutical Group, mengatakan akan membeli setidaknya 100 juta dosis vaksin Pfizer/BioNTech dan menunggu persetujuan pemerintah untuk digunakan tahun depan.
Pfizer, perusahaan farmasi berbasis di Amerika Serikat, telah bermitra dengan Fosun Pharma untuk pengembangan dan distribusi vaksin di China.
Sementara itu, Fosun Pharma mengatakan bahwa pengadaan vaksin kali ini akan didatangkan dari fasilitas produksi BioNTech di Jerman.
"Kami senang dapat menyepakati perjanjian terkait pasokan vaksin dengan BioNTech, yang merupakan langkah penting dalam upaya Fosun Pharma dan BioNTech untuk mencapai aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin di China," kata Pemimpin dan CEO Fosun Pharma, Wu Yifang.
Indonesia sendiri telah menerima vaksin Sinovac dari China pada 6 Desember lalu. Presiden Joko Widodo yang memantau pendaratan mengatakan ada 1,2 juta vaksin yang mendarat di Bandara Soekarno-Hatta.
Jokowi telah memutuskan untuk menggratiskan vaksin tersebut kepada seluruh rakyat Indonesia.
(mts/psp)