Direktur Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebut varian baru virus corona SARS-CoV-2 yang ditemukan di Inggris tak mempengaruhi cara kerja atau keampuhan vaksin.
Mutasi, kata Nadia, merupakan sebuah hal normal yang terjadi pada virus. Mutasi merupakan perubahan sifat genetik atau struktur virus yang terjadi saat virus berkembang biak di dalam sel tubuh inangnya.
"Mutasi adalah hal yang biasa terjadi di virus, itu proses alamiah virus untuk beradaptasi. [Virus corona Inggris] kecuali mutasinya mayor, maka mutasi minor tidak akan pengaruh pada vaksin," kata Nadia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (21/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadia yang juga menjabat sebagai Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes ini menyebut virus corona SARS-CoV-2 telah bermutasi ribuan kali sejauh ini. Berdasarkan penelitian, lanjutnya, belum ada mutasi yang menyebabkan tingkat risiko penyakit bertambah parah.
"Sejauh ini belum cukup bukti untuk mengatakan mutasi ini membuat virus lebih mudah menyebar atau tingkat penularannya meningkat ataupun menyebabkan semakin bertambah parahnya penyakit," ujarnya.
Senada, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada Minggu (20/12) kemarin mengatakan vaksin Covid-19 saat ini masih efektif untuk melawan virus corona strain baru yang menyebar di Inggris itu.
"Menurut semua yang kami ketahui sejauh ini 'jenis baru' tidak berdampak pada vaksin, yang tetap 'sama efektifnya'," kata Spahn kepada penyiar publik ZDF, Minggu (20/12).
Spahn pun merujuk terutama pada vaksin merek Pfizer-BioNTech, yang sudah diberikan di negara-negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris. Dalam hal efikasi atau kemanjuran, Pfizer bahkan telah mengeluarkan data efikasi yang menyebut vaksinnya 90 persen efektif.
Kabar mutasi virus corona baru itu disampaikan penasihat kesehatan pemerintah Inggris pada Sabtu (19/12) lalu. Ia menyebut varian mutasi baru virus corona yang menyebar di Inggris punya tingkat penularan lebih tinggi.
Kepala petugas medis Inggris Chris Whitty menyebut hal ini berdasarkan data pemodelan awal dan tingkat insiden yang meningkat pesat di selatan Inggris. Sehingga, kelompok penasehat virus corona pemerintah Inggris, mengambil kesimpulan mutasi baru ini dapat menyebar lebih cepat.
Kendati demikian, saat ini belum ada bukti yang menunjukkan strain baru ini lebih mematikan atau mempengaruhi vaksin dan perawatan, tambahnya.
Sementara di tanah air, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun mengingatkan pemerintah untuk segera mengambil langkah cepat dan tepat untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia dari ancaman jenis baru Covid-19 tersebut.
Sejumlah negara di Eropa dan Timur Tengah diketahui telah memberlakukan larangan penerbangan dari dan ke Inggris. Negara tersebut antara lain Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Belgia, Austria, Swedia, Swiss, Estonia, Latvia, Lithuania, Bulgaria, Rumania, Turki, Iran, Israel, Kuwait, El Salvador, serta Arab Saudi.
(khr/fra)