Positivity rate harian covid-19 di Indonesia mencapai lebih dari 20 persen dalam beberapa hari terakhir. Pada Minggu (20/12) lalu, misalnya, positivity rate mencapai 24,2 persen atau hampir 5 kali lipat dari standar positivity rate sebesar 5 persen yang ditetapkan WHO.
Padahal, data Satgas Covid-19 hari itu menunjukkan testing PCR pada orang hanya 28.837.
Positivity rate merupakan persentase perbandingan antara jumlah kasus positif warga terinfeksi virus corona dengan jumlah tes yang dilakukan. Dalam hal ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas persentase positivity rate sebesar 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semakin rendah positivity rate yang terjadi di sebuah negara, maka jumlah orang yang dites semakin banyak dan upaya pelacakan kontak erat memadai.
Tak hanya itu, pada Senin (21/12) positivity rate kembali meningkat menjadi 27,6 persen. Data Satgas mencatat dari 24.753 orang yang dites sebanyak 6.848 dinyatakan positif covid-19.
Sementara pada Selasa dan Rabu (22-23/12), positivity rate mencapai 20,62 persen dan 22,39 persen. Pada 22 Desember 6.347 orang dinyatakan positif dari jumlah 30.768 orang yang dites.
Sementara pada 23 Desember 7.514 orang dinyatakan positif dari 33.554 orang yang diperiksa.
Meski demikian per kemarin (24/12) positivity rate menurun ke posisi 17,9 persen. Hal tersebut lantaran meningkatnya jumlah tes menjadi 40.082 orang, sementara yang dinyatakan positif sebanyak 7.199 orang.
Sebelumnya, Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meminta pemerintah memperbanyak testing setidaknya 2-3 kali lipat dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Itu perlu dilakukan karena angka positivity rate infeksi virus corona di Indonesia yang tinggi.
"Kita harus lihat eskalasi pandemi di satu wilayah itu, WHO hanya menetapkan batasan minimal, penting sekali tes harus sesuai dengan eskalasi pandeminya yang ditandai dengan tes positivity rate harus mencapai setidaknya 5 persen," ujar Dicky.
(hrf/agt)