Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan ada sekolah di sejumlah kabupaten/kota yang diam-diam sudah melakukan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Dia menyayangkan hal itu karena Satgas Covid-19 yang harus bekerja keras ketika sekolah menjadi klaster penularan baru.
"Memang banyak yang menuntut saya dan banyak yang diam diam membuka, tapi begitu terpapar dan menjadi cluster baru akhirnya yang pusing Satgas Covid-19," kata Edy, Selasa (29/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edy tidak merinci sekolah yang dimaksud. Dia hanya menyayangkan ketika ada pihak yang memaksakan diri membuka kegiatan pembelajaran tatap muka padahal belum siap menerapkan protokol kesehatan.
Selanjutnya, Edy bakal memberi syarat ketat. Sekolah hanya boleh mengisi ruangan kelas 50 persen dari kapasitas maksimal.
Protokol kesehatan juga mesti diterapkan secara ketat. Tempat cuci tangan dan masker harus disediakan demi menunjang penerapan protokol kesehatan.
"Kalau dalam pendidikannya adalah 4 jam, kita potong dia jadi 2 jam, murid separuh kalau masuk jam tujuh, jam 9 pulang. Masuk murid separuhnya lagi, berarti jam 9 masuk jam 11 pulang," ujarnya.
Sekolah yang boleh dibuka juga hanya di zona hijau. Terlarang bagi sekolah yang berlokasi di zona oranye dan merah.
"Itu saya tekankan kepada bupati atau wali kota, jadi tidak boleh sembarangan membuat pendidikan tatap muka. Kalau itu tidak bisa dipenuhi saya tak akan izinkan," kata Eddy.
Eddy cemas pembukaan sekolah bisa menjadi klaster penularan baru. Terlebih, anak-anak cenderung aktif beraktifitas.
Bisa saja orang tua di rumah, yang tertular dari anaknya, memiliki gejala lebih berat. Oleh karena itu, Edy membuat syarat ketat bagi sekolah yang ingin kembali dibuka.
Bisa kita bayangkan, kalau ini kena semua bayangkan implikasinya adalah ekonomi kita. Kita harus pilih mana prioritas. Ilmu penting, tapi kesehatan lebih penting," ujarnya