Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengakui bahwa saat ini pemerintah memang belum bisa secara pasti mendeteksi keberadaan mutasi baru virus corona dari Inggris yang masuk ke Indonesia.
Budi mengakui, pihaknya saat ini memang belum melakukan deteksi untuk melacak keberadaan virus tersebut di Indonesia karena keterbatasan infrastruktur.
"Kemarin musuhnya baru, yang masuk di Indonesia ada apa enggak, saya jawab enggak tahu. Karena memang kita nggak pernah tes," ujar Budi di acara Mata Najwa, Rabu (6/1) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian, Budi menyebut saat ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menjalin komunikasi dengan Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional untuk menyiapkan laboratorium yang memiliki fasilitas tes genome squencing.
Sebab, genome squencing tercatat sebagai satu-satunya cara untuk mendeteksi varian baru virus tersebut. Menurut Budi, saat ini hanya ada 12 laboratorium di Indonesia yang mampu melakukan tes genome squencing.
"Ini tesnya mesti pake genome squencing testing. Yang bisa cuma 12 lab di seluruh Indonesia," kata Budi.
Budi berharap kerja sama Kemenkes dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bisa segera mendeteksi mutasi baru virus corona tersebut. Pada saatnya, tes genome squencing akan dilakukan secara acak di beberapa akses keluar masuk yang berpotensi jadi titik masuknya virus.
"Jadi kalau ada strain baru kita tahu, sehingga tahu menghadapinya gimana. Itu yang testing dulu," katanya.
Kabar keberadaan varian baru virus corona santer dikabarkan telah memasuki sejumlah negara terutama di Eropa sejak akhir Desember 2020 lalu.
Sementara itu, Budi mengungkap tiga karakteristik varian baru virus corona yang bermutasi di Inggris dengan nama ilmiah VUI 202012/01 itu. Menurut dia, tiga karakteristik itu merupakan hasil penelitian dan analisis dari pakar kesehatan.
"Virus ini memang terbukti lebih mudah menular. Kemudian virus ini, mutasi ini tidak terbukti lebih parah atau lebih fatal, dan virus ini terbukti bisa dideteksi dengan alat deteksi yang ada, jadi swab antigen atau PCR," kata Budi dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, 29 Desember 2020 lalu.
(thr/ayp)