Selebritas Raffi Ahmad telah mempertontonkan program-program pemerintah Indonesia soal pelaksanaan kebijakan yang hanya indah saat seremoni, terutama dalam penanggulangan pandemi Covid-19.
Raffi Ahmad yang dipilih Istana untuk mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai penerima perdana vaksin Covid-19 di Indonesia, justru tepergok netizen ikut dalam kegiatan pesta yang mengabaikan protokol kesehatan tak kurang dari 24 jam usai vaksinasi.
Sindiran hingga kritik pun datang, bukan hanya kepada Raffi, melainkan juga kepada pemerintah yang dinilai kerap hanya mengedepankan seremoni untuk mendorong kebijakan publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilihan selebritas hingga influencer sebagai penerima vaksin perdana sebelumnya sudah dikritisi pula oleh para pengamat sosial politik dan pakar kesehatan masyarakat.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyesalkan pemerintah yang lebih suka gimmik dan seremonil dalam keadaan genting. Dia menilai, menilai kehadiran influencer seperti Raffi Ahmad boleh jadi bisa berdampak positif hanya bila segmentasi pengikut Raffi memang pas.
"Sejak awal saya melihat kita ini lebih banyak seremonial, jadi untuk hal-hal substansial kita lupakan," kata Masdaline kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/1).
Setelah foto 'pesta' yang dihadiri Raffi pascavaksinasi viral, peneliti politik dari lembaga survei KedaiKOPI, Justito Adiprasetio, mengatakan kegiatan-kegiatan seremonial sebagai tanda awal (kick-off) suatu kegiatan atau pelaksanaan kebijakan itu bukan hal baru di Indonesia.
Oleh karena itu, ia menilai kegiatan seremonial itu sebetulnya menunjukkan kesenangan pemerintah pada hal-hal yang berbau pencitraan dan panggung.
Pemerintah beberapa kali melakukan kegiatan seremonial terkait penanggulangan Covid-19, termasuk pula saat melepas kesembuhan pasien pertama Covid-19 pada Maret 2020 lalu.
"Indonesia ini kan negeri teater. Penuh dengan sesuatu yang di atas panggung. Negara teater semuanya di atas panggung penuh dengan drama," kata Justito saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (14/1).
Dari sudut pelaksanaan kebijakan, kata Justito, kegiatan seremonial adalah suatu tanda mula sosialisasi kepada masyarakat bahwa akan ada program yang bakal dijalankan. Tapi, nyatanya terkadang pelaksanaan program tersebut hanya besar gaung di awal saja kondisi idealnya.
Dalam konteks program vaksinasi Covid-19, Justito menangkap niat pemerintah bahwa seremonial tersebut dilakukan agar vaksin diterima masyarakat. Apalagi di tengah kabar mengenai penolakan masyarakat terhadap vaksin juga cukup tinggi baik dari faktor medis hingga keyakinan.
Namun di sisi lain, katanya, hal itu menunjukkan bahwa figur pemerintah terutama Jokowi yang tak cukup percaya diri terhadap masyarakatnya sendiri.
Justito kemudian membandingkan kondisi itu dengan Singapura, saat sosok Perdana Menteri Lee Hsien Loong tak perlu menggandeng pihak di luar pemerintah, termasuk selebriti dalam beberapa kebijakan maupun program mereka.
"Nah kalau kita lihat Jokowi dengan dia bikin segala macem, either strateginya atau dia memang ada rasa, kurang lercaya diri bahwa dia bisa merangkul semua masyarakat untuk memulai vaksin," kata pria yang juga pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad tersebut.
Justito pun menilai, keputusan pemerintah untuk menggelar seremonial vaksinasi cukup berlebihan. Menurut dia, pemerintah mestinya hanya perlu menggandeng banyak pihak yang representatif, termasuk tokoh masyarakat dan dari unsur pimpinan institusi.
Menurut dia, pemerintah akan semakin memiliki tugas berat untuk menerapkan protokol kesehatan usai kasus Raffi. Apalagi, dalam foto yang kemudian ramai, ada beberapa figur terkenal lain.
"Karena bagaimana bisa, anda menuntut masyarakat taat pada prokes ketika ambassador-nya yang mereka dorong itu juga tidak taat kepada prokes gitu," katanya.
Terkait kegiatan Raffi yang menghebohkan pascavaksinasi itu, pihak Istana sudah menegur sang pesohor secara langsung.
"Sudah diingatkan kembali oleh tim komunikasi Covid-19 untuk tetap pakai masker, cuci tangan, jaga jarak," kata Heru kepada CNNIndonesia.com, Kamis pagi.
Sementara itu Kementerian Kesehatan lewat Juru Bicara Vaksin Covid-19 Siti Nadia Tarmizi menyesalkan sikap Raffi keluyuran tanpa menerapkan protokol kesehatan usai vaksinasi.
Nadia menegaskan, setiap warga yang menerima suntikan dosis vaksin tak lantas terbebas dari paparan virus corona. Ia mengingatkan, penerima vaksin tetap harus mematuhi protokol kesehatan 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
"Seharusnya walau dia sudah divaksin tetap menjalankan protokol kesehatan ya, tidak boleh kendor atau lalai melakukan 3M. Apalagi setelah dilakukan vaksinasi diperlukan waktu untuk tubuh membuat antibodi ya," ungkap Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (14/1).
Raffi sendiri sudah buka suara terkait kegiatan yang dihadirinya tersebut seraya meminta maaf ke masyarakat Indonesia, terutama yang ia sebut secara khusus kepada Jokowi.
"Terkait peristiwa tadi malam, di mana saya terlihat berkumpul dengan teman-teman tanpa masker dan tanpa jaga jarak, pertama saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Presiden Republik Indonesia Bapak@jokowi,Sekretariat Presiden, KPCPEN, dan juga kepada seluruh masyarakat Indonesia atas peristiwa tersebut," kata Raffi melalui Instagram.
Polisi belakangan mengaku bakal turun tangan dan memaggil Raffi dalam kasus tersebut. Menurut Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Supriyanto pesta yang dilakukan Raffi digelar untuk pesta seorang pengusaha di sebuah perumahan yang terletak di wilayah Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Menurut dia, pihaknya akan mendatangi pemilik rumah untuk menanyakan perihal kegiatan yang tengah menjadi sorotan di masyarakat tersebut.
"Kami mau tegur nanti, kami akan panggil," kata Supriyanto.