Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tanah seluas 10 hektare di Sentul, Bogor, yang ia hibahkan kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan diperuntukkan bagi kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA).
"Dengan didampingi salah satu putri Almarhum Gus Dur, Mbak Yenny Wahid, saya menyaksikan langsung proses hibah tanah seluas 10 hektare di daerah Jonggol Kabupaten Bogor untuk kemudian dibangun Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA)," kata dia, dalam keterangan resmi yang sudah dikonfirmasi oleh Yenny Wahid, Kamis (21/1).
Menurutnya, hibah tanah tersebut terkait dengan usulannya kepada Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur untuk membuat sekolah bagi warga NU yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah hibah ini terlaksana, Luhut, yang merupakan Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Gus Dur, pun mengaku lega bisa menunaikan janji dan amanat yang sempat direncanakan bersama cucu pendiri NU itu.
Luhut mengaku beberapa waktu belakangan ini mencari lahan yang pas untuk pembangunan Universitas Nahdlatul Ulama ini.
"Sampai kemudian dalam satu kesempatan saya bertemu lagi dengan teman saya Bapak Trenggono Ting, pemilik PT Sentul City dan saya mengusulkan kepada beliau agar menghibahkan tanahnya untuk dijadikan Universitas NU," kata dia.
Luhut mengatakan pembangunan UNUSIA dilakukan atas kerja sama PBNU dengan beberapa pihak, salah satunya adalah PT Sentul City.
Ia mengatakan bahwa Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj ikut antusias terkait rencana pembangunan UNUSIA ini. Sebab, momentum ini sekaligus memenuhi program dan amanat utama Muktamar PBNU di Jombang, 2015, yang menekankan fokus aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat kecil.
Karena itu, Luhut mengusulkan agar PBNU segera merumuskan grand design pembangunan UNUSIA. Ia pun berharap masterplan dari pembangunan UNUSIA bisa rampung dibentuk pada tahun ini.
"Saya berharap kampus ini dapat melahirkan banyak intelektual yang menjunjung tinggi kebhinnekaan, religiusitas yang nasionalis dan tentunya berbudaya. Sesuai dengan jati diri warga Nahdliyin yang religius namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya nusantara," tandas Luhut.
(rzr/arh)