Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah pusat RI memang mempercepat tahapan vaksinasi guna lebih cepat mencapai target kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap virus corona.
Sebab, target itu hanya bakal tercapai bila Indonesia rampung melakukan vaksinasi terhadap 60-70 persen dari total 270 juta penduduk Indonesia. Dari hitungan itu, didapat 181.554.465 warga Indonesia menjadi sasaran vaksinasi yang terbagi dalam empat tahapan.
"Iya pelaksanaannya dipercepat tetapi tantangan ada pada ketersediaan vaksin, dan terutama nanti daerah daerah dengan geografis sulit ya," kata Nadia melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tidak merinci secara keseluruhan, namun Nadia mengaku saat ini pihaknya tengah mengamankan belasan hingga puluhan vaksin yang bakal digunakan untuk dua tahapan vaksinasi usai tenaga kesehatan itu. Ia mengatakan, PT Bio Farma (persero) saat ini juga tengah memproduksi vaksin buatan sendiri dengan bahan baku asal Sinovac.
Total saat ini sebanyak 28 juta dosis vaksin telah tiba di Indonesia. Rinciannya, 3 juta vaksin jadi covid-19 jadi dari Sinovac, yaitu 1,2 juta dosis yang dikirim pada 6 Desember 2020 dan 1,8 juta dosis yang dikirim pada 31 Desember 2020.
Kemudian 15 juta dosis vaksin berbentuk bahan baku (bulk) pada 12 Januari, dan 10 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac bulk dan 1 juta dosis overfill vaksin pada 2 Februari lalu. Namun kemudian sebanyak 1.578.720 dosis vaksin telah terpakai sejauh ini.
"Sampai akhir Februari akan ada 7 juta vaksin yang sudah jadi dari Bio Farma," kata dia.
![]() |
Menkes Budi pada awal Januari 2021 lalu mengaku pihaknya telah mengamankan 426 juta dosis vaksin untuk memenuhi target vaksinasi 181,5 juta penduduk Indonesia.
Vaksin-vaksin tersebut berasal dari Sinovac 125 juta dosis dengan opsi penambahan 100 juta dosis, Novavax 50 juta dengan opsi 80 juta dosis, serta AstraZeneca 50 juta dengan opsi 50 juta dosis. Di sisi lain pihaknya juga tengah bernegosiasi bersama Pfizer untuk 50 juta dosis.
Lebih lanjut, selain stok vaksin, Nadia mengaku sejauh ini tidak ada tantangan serius dalam pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Perihal vaksinasi paralel yang bakal dilakukan, Nadia menyebut tidak ada kendala serius, sebab database yang digunakan pihaknya saat ini adalah data warga dari Direktorat Jenderal kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri serta BPJS Kesehatan.
"Bingung [vaksinasi paralel] sih tidak," pungkas Nadia.
Sebelumnya pada 28 Desember 2020, Budi Gunadi lewat Kepmenekes telah menetapkan tujuh merek vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia untuk menanggulangi pandemi. Tujuh merek vaksin yang tertuang dalam Kepmenkes HK.01.07/MENKES/12758/2020 itu adalah Yang diproduksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Novavax Inc, Pfizer Inc. and BioNTech, dan Sinovac Life Sciences Co., Ltd.