Bayang-bayang Risma Jegal Anies di Pilgub DKI Jakarta
Elektabilitas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan hanya 42,5 persen dalam survei yang dirilis Median, Senin (15/2). Anies ditempel ketat Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini alias Risma yang memiliki elektabilitas sebesar 23,5 persen.
Meski unggul dalam survei tersebut, elektabilitas Anies ini dinilai belum aman dan menjadi ancaman bagi seorang petahana. Seorang petahana mestinya memiliki elektabilitasi minimal di angka 65 persen.
"Jadi ini angin surga, sekaligus dalam tanda kutip angin neraka juga bagi Anies," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno kepada CNNIndonesia.com, Rabu (17/2).
Adi membandingkan elektabilitas Anies dengan Presiden Joko Widodo jelang Pilpres 2014 yang telah mengungguli sejumlah nama besar seperti Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri. Padahal saat itu, Jokowi baru setahun menjadi gubernur Jakarta.
Di sisi lain, kata Adi, Risma yang notabene belum genap dua bulan menjabat menteri sosial dan berkantor di Jakarta sudah menempel ketat Anies. Menurutnya, Risma menjadi pesaing kuat Anies jika maju dalam Pilgub DKI mendatang.
"Risma ini kan baru sebatas gosip. Baru sekali dua kali mendatangi para pemulung di Thamrin, mendatangi gorong-gorong, itu pun sekali dua kali belum apa-apa, tapi nama Risma sudah muncul," ujarnya.
Adi mengatakan Wakil Gubernur DKI, Ahmad Riza Patria juga akan menjadi lawan kuat Anies pada Pilgub DKI selanjutnya. Menurutnya, Risma dan Riza sama-sama berasal dari partai yang kini sedang dalam koalisi pemerintahan.
"Risma adalah representasi partai penguasa. Dua periode di republik ini. Apalagi Risma relatif sudah dikenal, sebagai mensos. Riza Patria, dia disokong oleh partai penguasa. Koalisi Jokowi-Gerindra, yang saya kira penetrasi politiknya juga kuat," katanya.
Lebih lanjut, Adi menyebut posisi Anies juga ditambah sulit lantaran dirinya tak memiliki partai. Untuk mendapat dukungan, Anies sudah harus melakukan pembicaraan dengan partai politik agar bisa maju kembali dalam Pilgub DKI.
Menurut Adi, jika Anies kembali terpilih sebagai gubernur DKI, peluangnya maju dalam Pilpres 2024 semakin besar. Ia menyebut pelaksanaan Pilgub DKI pada 2022 tentu akan menguntungkan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu.
"Selain dia tetap punya panggung politik, ya strategi borong partai," katanya.
Anies menolak mengomentari elektabilitas dirinya yang berada di bawah 50 persen ketika meninjau vaksinasi Covid-19
Munculkan Nama Risma
Sementara itu, Direktur Eksekutif KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo menilai hasil survei Median untuk mengorbitkan nama Risma dalam bursa Pilgub DKI 2022. Ia mengamini Anies dalam posisi terancam dengan angka elektabilitas 42,5 persen.
Meski begitu, kata Kunto, Anies masih memiliki kans kuat dalam Pilgub DKI karena seorang petahana. Menurutnya, Anies masih akan unggul dengan sumber daya yang telah dihimpun dalam lima tahun menjadi gubernur.
"Jadi kalau hitung-hitungan politik real jelas Anies punya peluang lebih besar pada calon lain. Dan dia memang masih sangat kuat," kata Kunto kepada CNNIndonesia.com.
Namun, Kunto mengingatkan ada sejumlah isu yang berpotensi melemahkan elektabilitas Anies, seperti politik identitas hingga penanganan pandemi Covid-19.
Untuk penanganan pandemi, kata Kunto, posisi Anies saat ini terus melemah karena kebijakan yang dirinya ambil kerap bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat.
Di sisi lain, Kunto menyebut pendulum politik identitas yang masih kuat di DKI. Politik identitas di Ibu Kota ini masih melekat sejak berembus pada Pilgub 2017 lalu.
"Polarisasi itu nggak segera hilang, pasti akan lama. Daya hidupnya lama. Mereka yang benci Anies akan semakin benci Anies, dan akan semakin nyari temen," ujarnya.
(thr/fra)