Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Profesor Zubairi Djoerban menilai Presiden Joko Widodo tak bersalah dalam kerumunan yang muncul saat kunjungan ke Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kesalahan, menurutnya, dilakukan oleh tim protokoler yang menyiapkan kedatangan Jokowi.
"Kalau yang salah sih mestinya bukan presiden, namun yang menyiapkan itu, kan ada protokol sebelumnya," kata Zubairi saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Rabu (24/2) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini menjadi evaluasi bagi para protokoler yang berada di tempat tersebut. Para protokoler, kata Zubairi, mestinya menyadari pesan Jokowi bahwa selain kebijakan, yang penting adalah implementasi.
"Termasuk implementasi kerumunan walaupun sentralnya adalah Pak Jokowi," tegas Zubairi.
Ia mengingatkan, dengan alasan apapun kerumunan sebaiknya dihindari karena sangat berbahaya jika dilakukan di satu tempat dalam waktu yang cukup lama.
Zubairi menjelaskan, kerumunan akan lebih berbahaya lagi jika dilakukan di dalam ruang tertutup. Ia mencontohkan seperti rumah, ruang konferensi, atau ruang tertutup.
"Lebih bahaya lagi kalo tempatnya ruangan tertutup," jelas Zubairi.
Zubairi mengaku belum sempat mengetahui video yang direkam ketika Jokowi melakukan kunjungan ke NTT. Ia juga belum membaca berita tentang topik tersebut.
Meski demikian, ia menilai kerumunan yang muncul itu tetap menjadi contoh yang tidak baik.
"Tidak baik juga. Sekarang ini PSBB maupun PPKM, kan sebaiknya menghindari kerumunan," pesan Zubairi.
Dalam video tersebut, mobil kepresidenan juga sempat berhenti. Jokowi kemuadia menyapa masyarakat yang berkerumun melalui roof top mobil yang dibuka.
Mengenai ini, Zubairi mengatakan hal itu tak masalah jika mobil dalam keadaan berjalan.
"Tapi kalau mobilnya ada di ruangan tertutup, ya, bahaya. Kalau ruang di jalanan sambil jalan pelan-pelan rasanya tidak terlalu serius," ucap Zubairi.
Sebelumnya, kerumunan yang terjadi ketika kunjungan Jokowi ke NTT terekam dalam sebuah video dan beredar di media sosial.
Deputi bidang Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin mengatakan, kerumunan kerumunan tersebut terjadi secara spontan karena antusiasme warga.
(iam/psp)