Sementara itu, Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengkritisi klaim pencapaian Presiden Jokowi terkait penanganan Covid-19. Ia menyatakan itu menanggapi Jokowi yang memamerkan catatan statistik penanganan Covid-19 di Indonesia.
Satu di antaranya adalah catatan kasus aktif di Indonesia yang lebih rendah dari rata-rata dunia, dan tingginya kasus kesembuhan.
Pandu mengatakan, rendahnya angka kasus aktif Indonesia dibanding dengan rata-rata dunia bukan sebuah pencapaian. Sebabnya rata-rata kasus aktif dunia tidak merefleksikan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia. Ia juga menyinggung angka kesembuhan yang tinggi tak bisa menandakan pengendalian pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak jokowi itu kan membaca data dari analisis orang apakah satgas atau siapa, saya mengkritik jangan membandingkan dengan rata-rata dunia, rata-rata dunia itu apa, tidak merefleksikan apapun dan kemudian jangan melihat angka kesembuhan karena pasti sembuh kecuali dia komorbid," kata Pandu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (5/3).
Sebagai informasi, persentase kasus aktif Indonesia 11,11 persen pada 3 Maret 2021. Sementara rata-rata kasus aktif dunia 18,58 persen. Kemudian ada rata-rata kasus kesembuhan Indonesia mencapai 86,18 persen sedangkan rata-rata dunia sebesar 78,93 persen.
Namun, angka positivity rate Indonesia masih tinggi, yakni 18,6 persen per 3 Maret 2021. Rata-rata positivity rate yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah 5 persen. Lalu tingkat kematian pasien Covid-19 di Indonesia juga masih tinggi, mencapai 2,7 persen di mana rata-rata dunia hanya 2,2 persen.
Pandu menjelaskan, ada empat indikator untuk menilai keberhasilan penanganan pandemi. Empat indikator itu adalah adalah tren peningkatan testing, tren penurunan kasus meskipun testing meningkat, angka hospitalisasi (perawatan di rumah sakit) yang rendah, dan angka kematian yang menurun.
Dengan peningkatan testing, kata Pandu, maka kasus positif bisa cepat diketahui dan mendapat penanganan di rumah sakit atau isolasi mandiri. Sehingga rantai penularan bisa terputus.
Ia mengatakan semakin cepat kasus positif Covid-19 mendapat penanganan, maka angka keparahan bisa ditekan sehingga kasus kematian bisa ikut ditekan seminimal mungkin.
Jika keempat faktor tersebut terpenuhi, dan angka positivity rate bisa ditekan hingga di bawah 5 persen, Pandu baru bisa mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mulai terkendali.
"Cukup gitu, enggak usah dibandingkan dengan negara lain. Apalagi dunia. Dunia tuh fase pandeminya beda-beda. Kalau situasinya sama baru bisa dibandingkan. Jadi kritik saya jangan membandingkan dengan rata-rata. Rata-rata dunia itu tidak merefleksikan kinerja dunia," tuturnya.