BPPTKG mencatat hingga 5 Maret 2021 total telah terjadi 111 kali guguran awan panas di Gunung Merapi, terhitung sejak 7 Januari 2021. Sedangkan pada pekan ini saja terpantau terjadi 10 kali guguran awan panas.
Hingga saat ini aktivitas guguran lava dan awan panas guguran di Gunung Merapi masih kerap terjadi. Selama fase erupsi, intensitas guguran termasuk dalam data pemantauan yang vital karena dapat menggambarkan perkembangan erupsi.
"Sampai sejauh ini jumlah guguran dan awan panas cenderung meningkat. Jarak jangkau untuk awan panasnya maupun gugurannya maksimum 3,2 Km [dari puncak]," ungkap Hanik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun aktivitas kegempaan Merapi pada pekan ini tercatat terjadi 10 kali awan panas guguran (AP); 1 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB); 4 kali gempa Fase Banyak (MP), 1.135 kali gempa Guguran (RF); 71 kali gempa Hembusan (DG); dan 3 kali gempa Tektonik (TT).
"Secara umum kegempaan internal pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu. Kegempaan internal sejak 12 Januari 2021 mengalami penurunan," terang dia lagi.
Namun, peningkatan terlihat pada aktivitas gempa guguran Merapi. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau memanfaatkan Electronics Distance Measurement (EDM) mengalami laju pemendekan 0,1 cm/hari.
"Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga (level III)," pungkas Hanik.
Masih dalam pekan ini, Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah istimewa Yogyakarta ini mengeluarkan dua kali guguran awan panas pada Selasa (2/3). Perkiraan jarak luncur tersebut sejauh 1.900 meter ke arah barat daya.
Gunung Merapi sendiri masih berstatus siaga atau level III. Dengan status ini, masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Selain itu, masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
![]() |