Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta agar warga yang rampung menerima suntikan dosis vaksin covid-19 tak melakukan uji antibodi mandiri melalui pemeriksaan kuantitatif serologi.
Imbauan itu disampaikan sebab Kemenkes khawatir warga mengalami keraguan usai membaca hasil kadar antibodi usai divaksin.
"Setelah vaksinasi kami tidak menyarankan masyarakat untuk melakukan pengujian antibodi secara mandiri," kata Juru Bicara Vaksinasi dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara daring, Selasa (16/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nadia menjelaskan, pengujian untuk menentukan imunogenisitas dari pemberian vaksinasi adalah dengan pemeriksaan uji netralisasi. Namun uji itu tidak mudah dan berisiko, sebab harus melalui pemeriksaan laboratorium yang terbatas.
Selain itu, ia menegaskan, hingga saat ini belum ada pengujian standar internasional yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait pemeriksaan kadar antibodi pascavaksinasi.
"Secara internasional tidak pernah dikatakan berapa batas proteksi, sehingga kalau kita melakukan tes antibodi ini bisa jadi salah pengertian. Angka yang kecil titer antibodi bukan berarti tidak memberikan efek proteksi," jelasnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung ini pun sekaligus menjelaskan bahwa jelas efikasi vaksin Sinovac adalah 65 persen, sementara kadar imunogenisitas dari vaksin asal perusahaan China itu di atas 90-95 persen.
Perihal ketersediaan vaksin, Indonesia tercatat sudah memiliki 39,1 juta vaksin . Rinciannya 3 juta vaksin jadi dari Sinovac, dan 35 juta vaksin mentah (bulk) Sinovac yang kini tengah diolah PT Bio Farma (Persero). Ditambah 1,1 juta dosis vaksin perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, yang tiba di Indonesia 8 Maret lalu.
Di tengah kedatangan puluhan juta vaksin itu, pemerintah diminta memperhatikan masa kedaluwarsa vaksin.
BPOM RI mempercepat masa kedaluwarsa Sinovac batch pertama yang awalnya di kemasan Sinovac sampai 2023, namun dipangkas menjadi Maret 2021. Percepatan itu wajar dilakukan untuk vaksin yang dikeluarkan melalui izin penggunaan darurat (EUA).
Tak hanya itu, AstraZeneca juga diperkirakan akan kedaluwarsa pada Mei 2021. Padahal 1,1 juta dosis vaksin itu belum mulai digunakan imbas dugaan AstraZeneca yang mengakibatkan kasus pembekuan darah di beberapa negara Eropa.
(khr/pris)