Saat dikonfirmasi, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan DKI Jakarta Sarjoko berdalih bahwa 232.214 unit dalam RPJMD itu tak semua disediakan untuk hunian DP 0 rupiah. Ada pula jenis unit rumah lain.
"Bukan hanya hunian DP nol saja, tapi termasuk penyediaan hunian baik rusunawa maupun rusunami oleh berbagai skema/ sumber pembiayaan tersebut," ujar Sarjoko melalui pesan singkat, Rabu (17/3).
Ia juga menyatakan, di tengah jumlah yang masih ratusan itu, pihaknya kini tengah melakukan upaya perluasan penyediaan hunian khusus untku Rumah DP 0 Rupiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kami sedang mengupayakan perluasan penyediaan hunian program DP Nol Rupiah oleh beberapa pengembang swasta," kata Sarjoko.
Berdasarkan penelusuran CNNIndonesia.com di hunian DP 0 Pondok Kelapa, saat ini tipe yang tersedia hanya unit dengan luas 21 meter persegi dan 22,25 meter persegi.
Unit dengan luas 21 meter persegi seharga Rp184 juta dengan angsuran sebesar Rp1,9 juta per bulan untuk masa angsuran 10 tahun. Sementara untuk angsuran 20 tahun, angsurannya Rp1,2 per bulan.
![]() |
Sementara tipe unit dengan luas 22,25 meter persegi harganya mencapai Rp195 juta dengan angsuran Rp2,07 juta per bulan untuk masa angsuran 10 tahun. Angsuran terendah yakni Rp1,29 juta untuk tenor 20 tahun.
Harga di atas, belum termasuk biaya maintenance, parkir motor, air hingga listrik bulanan.
Salah seorang warga Jakarta Timur, Arki (42) mengaku lebih memilih membeli hunian berbentuk horizontal ketimbang berbentuk vertikal seperti hunian DP 0 di Pondok Kelapa.
"Mending beli rumah, jelas ada tanahnya. Kalau gini (rusun) mah tingkat," kata dia.
Jika melihat harga yang ditawarkan, pria asli Jakarta ini berpendapat hunian DP 0 itu sebenarnya tidak bisa dijangkau oleh masyarakat ekonomi ke bawah. Apalagi ditambah dengan biaya lain di luar angsuran.
"Itu mah bukan buat orang susah. Yang nol dp doang. Angsuran tinggi. Belum bayar lain-lain," ucap dia.
Warga Jakarta Selatan, Samsudin (47) berpendapat serupa. Ia mengaku tak tertarik mengikuti program itu meski tanpa membayar uang muka
"Enggak mau saya. Susah jualnya juga kalau begitu, rusun. Meski enggak pakai dp. Mending duit dikumpulin, beli di Depok. Dapat itu rumah sendiri," ucap dia.
Selain soal faktor susah dijual, ia juga tak berminat lantaran konstruksi hunian dengan model vertikal lantaran kurang meyakinkan.
"Konstruksi bangunan rusun kurang kuat kalau bahasa orang kampungnya," ujar dia.
(yoa/bmw)