Cerita Warga Pancoran, Digusur Pertamina Diserang Ormas
Sejumlah warga Pancoran, Jakarta Selatan, terluka saat bentrok dengan oknum diduga ormas Pemuda Pancasila pada Rabu (17/3) malam. Warga yang bertahan dari penggusuran oleh PT Pertamina Training and Consulting (PTC) ini berhadapan dengan ormas bersenjata rakitan.
Salah satu warga Gang Buntu II, Kelurahan Pancoran, Warso mengalami luka-luka di wajah. Menurutnya, warga tidak hanya bertahan dari lemparan batu dalam bentrokan itu.
"Kita melindungi diri ada apesnya juga. Bukan batu, tapi karena dorlop," kata Warso saat ditemui CNNIndonesia.com di lokasi, Kamis (18/3).
Menurutnya, dorlop yang dimaksud adalah senjata rakitan berisi mesiu dengan peluru paku, pecahan kaca, hingga baut.
Akibat serangan senjata itu, bagian bawah mata kiri Warso terdapat dua luka sobek, bahkan hingga ke bibir. Luka itu kini ditutupi kain kasa.
"Kena kaca ke muka, tembus dalem. Yang atas kena paku," kata Warso.
Meski terluka, saat itu Warso tetap memaksakan diri melakukan perlawanan hingga akhirnya kepalanya berkunang-kunang. Seseorang yang melihat wajah dan bajunya bersimbah darah segera menggotong dirinya. Warso kemudian diobati warga setempat.
"Setelah darah ngocor, kunang-kunang ada yang nyeret saya ke belakang. Lihat muka saya darah semua, saya maksain terus akhirnya jatuh juga," cerita Warso.
Serangan ormas bersenjata dorlop juga menimpa warga Gang Buntu II lainnya. Salah seorang warga yang sedang berkumpul sembari berjaga di kawasan gang tersebut terluka di bagian paha kanan akibat paku panas dari senjata dorlop.
"Jadi kayak basoka, isinya pecahan kaca, paku baut, sekali meledak mencar semua," jelas salah seorang warga.
Serangan dorlop juga menimpa salah seorang anggota solidaritas Forum Pancoran Bersatu, Sayuti. Saat ditemui CNNIndonesia.com, kepala Sayuti masih dibalut perban.
Saat bentrok pecah, Sayuti mempertahankan diri dengan menggunakan tameng dari triplek. Ia berusaha bertahan dari serangan batu secara bertubi-tubi yang diduga dari barisan ormas.
"Tameng saya kan triplek, sudah bolong semua," kata Sayuti.
Beberapa saat kemudian, Sayuti mendengar suara yang mirip ledakan petasan. Sayuti merasa ada sesuatu yang menimpa kepala, namun bukan batu.
"Kalo batu kan pengang, ini kayak nusuk gitu. Pas saya pegang masih ada tuh nempel [pecahan kaca]," kata Sayuti.
Ia merasa kepalanya panas terkena pecahan kaca. Sebab, kata Sayuti, benda itu terlontar dari ledakan mesiu.
"Belingnya panas, dicampur mesiu," ujarnya.
Menurut Sayuti, dorlop merupakan senjata rakitan yang biasa digunakan saat tawuran antarwarga. Senjata itu diisi barang-barang ringan dan tajam.
"Selama bahannya ringan tapi tajam. Intinya kan itu tajam biar bisa ngelukain," katanya.
Sementara, tidak sedikit warga lainnya yang terluka akibat lemparan batu. Bahkan, salah seorang anggota solidaritas menyebut ada warga yang mengalami luka bakar karena lemparan molotov.
Vebrina, salah seorang yang bergabung dalam solidaritas Forum Pancoran Bersatu, menjadi korban pertama yang terkena lemparan batu.
"Korban pertama, first blood," katanya.
Ketika bentrok terjadi, Vebrina bertugas menyiarkan peristiwa bentrok secara langsung di media sosial Instagram. Namun, batu yang dilemparkan dari kubu ormas mengenai kepalanya. Ia kemudian dibawa rekannya untuk diobati oleh tim medis.