22 Tersangka Teroris Jatim Disebut Latihan di Gunung Bromo

CNN Indonesia
Kamis, 18 Mar 2021 17:42 WIB
Polri menyebut 22 tersangka teroris jaringan Jamaah Islamiyah Jatim menggelar pelatihan di sekitar Gunung Bromo.
Petugas mengawal salah satu dari 22 tersangka teroris di Jatim yang dipindahkan penahanannya ke Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq)
Jakarta, CNN Indonesia --

Polri mengungkapkan 22 tersangka teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di Jawa Timur selama ini menggunakan wilayah sekitar Gunung Bromo sebagai lokasi latihan.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Rusdi Hartono mengatakan bahwa latihan terpusat itu dilakukan para tersangka yang berjejaring di wilayah Jawa Timur.

"Kelompok ini sudah melakukan pelatihan-pelatihan di Jatim, di sekitar Gunung Bromo," kata Rusdi kepada wartawan dalam proses pemindahan para tersangka dari Jawa Timur ke DKI Jakarta melalui Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten pada Kamis (18/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rusdi mengatakan para tersangka juga telah merencanakan sejumlah aksi terorisme yang bertujuan untuk menebarkan rasa ketakutan di tengah masyarakat.

Menurutnya, mereka juga telah menyasar anggota Polri sebagai target aksi teror yang hendak dilakukan.

"Salah satu sasarannya adalah aparat keamanan, anggota Polri yang bertugas di lapangan," ucapnya.

Sebelumnya, Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri menangkap sejumlah orang di Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Mojokerto, Malang, dan Bojonegoro. Mereka antara lain ialah FA, FU, NA, SS, AY, TS, YA, RZ, BR, YP, EP, YT, AI, AS, RA, ZA, ME, IE, HS, AR, BS dan, HAB.

Mereka kemudian dipindahkan penahanannya ke Jakarta dengan pengawalan ketat puluhan anggota Densus 88/Polri bersenjata lengkap dari Bandara Juanda, Surabaya.

Bukan Salah Buku

Penangkapan terhadap para teroris itu, kata Rusdi, dilakukan sebagai bentuk pencegahan atau preventif strike terkait aksi terorisme.

"Perlu kita sadari bersama, kelompok-kelompok ini masih hidup di antara kita," ucapnya.

Dalam rangkaian penangkapan itu, Densus 88 mengamankan satu pucuk senjata api berjenis FN dengan 50 butir peluru, kemudian beberapa senjata tajam dalam bentuk samurai, pedang, pisau, panah, busur.

Selain itu, Densus 88 menyita sejumlah buku yang diduga terkait jihad dan paham radikalisme. Beberapa di antaranya merupakan karya terpidana kasus terorisme.

Di antaranya, buku berjudul 'Tarbiyah Jihadiyah' karya Assyaikh Dr Abdullah Azzam; buku 'Mimpi Suci di Balik Jeruji Besi' karya Ali Ghufron. Tak ketinggalan, 'Sekuntum Rosela Pelipur Lara' karya Imam Samudra; buku 'Wasiat Syuhada' WTC' karya Abul Abbas Az-Zahrani.

Berdasarkan penelusuran CNNIndonesia.com, salah satu buku yang berjudul Tarbiyah Jihadiyah, dijual bebas di sejumlah situs belanja online dengan harga mulai Rp130 ribu hingga 150 ribu.

Mantan teroris dan instruktur bom Jemaah Islamiyah Jawa Timur, Ali Fauzi Manzi, mengatakan bahwa buku Tarbiyah Jihadiyah tersebut adalah buku panduan jihad secara tekstual, yang ditulis tokoh jihad Islam Abdullah Azzam.

Infografis Kasus Terorisme Sepanjang 2019Infografis Kasus Terorisme Sepanjang 2019. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Meski demikian, di kalangan kelompok radikal-ekstrem, Fauzi menyebutkan bahwa buku Tarbiyah Jihadiyah karya Abdullah Azzam ini bukanlah merupakan buku pegangan wajib.

"Bukan buku wajib, tapi buku tersebut banyak jadi panduan mereka untuk memahami jihad secara tekstual," kata Fauzi, yang kini aktif melakukan kegiatan deradikalisasi melalui Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan tersebut.

Maka menurutnya, polisi tak tepat bila menjadikan buku Tarbiyah Jihadiyah karya Abdullah Azzam sebagai barang bukti aksi kelompok terorisme, sebab buku itu banyak beredar dan tak menyimpang.

"Jangan salahkan bukunya, tapi cara pandang orangnya terhadap buku itu. Kalau saya sudah khatam," tandas dia.

(mjo/frd/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER