Potensi Lonjakan Corona RI dan Senjata Tracing Tanpa Lockdown

CNN Indonesia
Rabu, 31 Mar 2021 11:18 WIB
Pemerintah mengantisipasi potensi lonjakan kasus Covid-19 akibat mutasi virus corona. Namun tetap tidak akan menempuh lockdown seandainya terjadi lonjakan.
Pemprov DKI Jakarta menyiapkan tambahan lahad untuk jenazah pasien Corona. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Dihubungi terpisah, Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meyakini lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia pasti terjadi, terutama usai libur panjang. Dicky pun menilai penurunan kasus Covid-19 yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir bukanlah fakta kasus covid-19 sebenarnya di tanah air.

Ia menjelaskan, meskipun misalnya laporan harian pemerintah tak menunjukkan peningkatan kasus, namun ia yakin penularan dan pertambahan kasus akan masif terjadi, seolah menjadi fenomena gunung es. Sebab, mobilitas warga diketahui sebagai salah satu cara ampuh bagi virus untuk menyebar.

"Jadi Indonesia posisinya bukan menurun kasusnya, tapi testing yang menurun, jadi masih banyak kasus di luar belum ditemukan. Dari positivity rate yang masih di atas 10 persen, artinya bahwa pandeminya tidak terkendali dan mayoritas kasusnya tidak terdeteksi," kata Dicky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (31/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab menurutnya, bila berkaca pada kasus-kasus pada tahun lalu libur panjang rata-rata menyumbang kenaikan kasus covid-19 hingga 30-40 persen. Tercatat, penambahan jumlah kasus positif Covid-19 baik secara harian maupun kumulatif mingguan melonjak 69-93 persen sejak libur Idulfitri 22-25 Mei 2020. Lonjakan kasus itu terlihat dalam rentang waktu 10-14 hari kemudian.

Hal serupa juga terjadi pada libur panjang Agustus 2020. Penambahan jumlah kasus positif Covid-19 baik secara harian maupun kumulatif mingguan melonjak 58-118 persen sejak libur panjang 20-23 Agustus 2020.

Ada pula, libur panjang 28 Oktober-1 November 2020 terjadi peningkatan kasus sebesar 17-22 persen. Dan pada Desember 2020 hingga Januari 2021, terjadi lagi peningkatan tajam yang lebih dari 100 persen dari kasus di bulan Oktober 2020.

"Kembali belajar dari kasus sebelumnya pada libur panjang atau mudik yang dilarang. Nah, pada posisi 3T rendah itu kita masih bisa melihat kenaikan kasus, jaring kecil saja itu kita sudah dapat ikan Covid-19 banyak banget, apalagi kalau jaringnya besar, satu kolam Covid-19 itu," jelasnya.

Dicky pun menyoroti mutasi virus SARS-CoV-2 varian B117 yang sudah masuk di Indonesia namun belum kunjung terjadi peningkatan kasus, sementara negara lain mengalami lonjakan akibat strain asal Inggris itu.

Dengan kondisi itu, Dicky memperkirakan kemampuan testing Indonesia masih lemah, ditambah dengan kemampuan dalam teknik pencarian strain virus menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS) yang masih belum optimal.

"Jadi lonjakan kasus bisa akan terjadi atau sudah terjadi," kata dia.

Untuk itu, Dicky meminta agar pemerintah terus meningkatkan kapasitas pemeriksaan. Menurutnya bila dalam sehari ditemukan 5 ribu kasus Covid-19, maka sehari setelahnya pemerintah harus memeriksa 100 ribu orang.

Sementara pemeriksaan yang dilakukan pemerintah baik melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR), tes cepat molekuler (TCM) dan Rapid test antigen masih belum mampu mencapai 100 ribu pemeriksaan per hari, bahkan tertinggi hanya di kisaran 60 ribu saja dalam beberapa kesempatan.

Dicky yakin bila memang pemerintah serius dan konsisten memberlakukan kebijakan tes, telusur, dan tindak lanjut (3T) yang sesuai sasaran, maka target-target perbaikan kasus hingga pelandaian kasus secara riil dapat terpenuhi pelan-pelan. Sebab menurutnya kunci utama pandemi terletak di hulu atau upaya 3T tersebut.

"Strategi pengendalian 3T itu kunci," ucap Dicky.

Untuk itu, sebagai upaya antisipatif dalam menghadapi potensi lonjakan kasus covid-19 di Indonesia pasca libur lebaran, Dicky meminta agar pemerintah menggodok secara detail aturan larangan mudik yang telah dikeluarkan pemerintah itu.

Ia tidak ingin pemerintah membuat kebijakan yang setengah-setengah dan main aman. Menurutnya, kebijakan larangan mudik kali ini harus terpusat dan satu komando lewat aturan yang diteken Presiden.

"Ibaratnya sekarang ini sedang membatasi, membuat benteng dari rumput ilalang yang terbakar api Covid-19. Jadi harus serius dan berkelanjutan, jangan setengah-setengah, nanti malah berbahaya," kata Dicky.

(khr/pmg)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER