Pemerintah Ajak Masyarakat Terlibat Edukasi Cegah Hoaks
Hoaks disebut sebagai salah satu gangguan yang berpotensi memperlambat proses penanggulangan pandemi Covid-19 di Indonesia. Di tengah situasi saat ini, hoaks jadi amat berbahaya karena melibatkan nyawa orang lain.
Communication for Development Specialist UNICEF Rizky Ika Syafitri mengingatkan, pandemi membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan mengalami kesulitan ekonomi. Dampaknya menyentuh semua orang, termasuk anak-anak yang terancam kekurangan gizi di masa pandemi.
"Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua orang. Lebih dari 40 ribu orang meninggal dunia di Indonesia. Itu bukan sekadar angka dan statistik, itu adalah keluarga kita, mungkin ayah ibu kita, anak-anak kita, para dokter perawat yang bekerja merawat orang sakit," kata Rizky dalam Dialog Rabu Utama di Media Center KPCPEN yang ditayangkan FMB9ID_IKP, Rabu (7/4).
Namun justru dalam kondisi sulit seperti sekarang, bermunculan hoaks yang memperlambat penanganan pandemi.
"Hoaks ini dampaknya nyawa, orang kehilangan haknya atas imunisasi, atas perlindungan diri. Kita bisa tidak mencapai herd immunity karena hoaks," kata Rizky menegaskan.
Hoaks bisa dicegah dengan edukasi secara terus-menerus. Rizky meyakini hoaks bisa dicegah dengan pemahaman dari edukasi yang dapat dilakukan oleh seluruh komponen bangsa.
"Semua dari kita punya kemampuan untuk berkontribusi dalam kapasitasnya masing-masing. Kalau media beritakanlah berita yang benar, yang berimbang, yang akurat. Jika remaja, edukasi lah orang tua anda," ujarnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehat Widyawati menambahkan, pihaknya telah melakukan berbagai pencegahan peredaran hoaks terkait kesehatan. Di antaranya, melalui penguatan literasi digital.
"Tidaklah bijaksana dalam menerima suatu informasi tanpa disaring terlebih dahulu, apalagi lantas informasi tersebut ikut disebar," kata Widyawati.
(rea)