Badai akibat siklon tropis Seroja yang terjadi pada Minggu (4/4) lalu tak hanya memorak-porandakan sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu akibat dari banjir serta badai dampak dari cuaca ekstrem itu juga telah menghilangkan serta menggeser beberapa patok batas negara antara RI-Timur Leste.
Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Letnan Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro mengatakan ketika pihaknya melakukan pengecekan, sejumlah patok ditemukan bergeser terbawa arus banjir, bahkan tak sedikit patok tersebut hilang dan belum ditemukan hingga saat ini.
"Pascahujan lebat, lima orang personel Pos Nananoe melaksanakan pengecekan patok perbatasan kedua negara yang diduga terbawa arus sungai," kata Bayu dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (15/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengecekan, kata dia, juga dilakukan Perwira Topografi (Patop) Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif 742/SWY Letda Ctp Torang Panjaitan. Berdasarkan laporan dari hasil pemantauan, satu patok perbatasan dengan nomor patok PBN D010021-RI hilang dan diduga terbawa arus sungai akibat hujan deras.
Lihat juga:Wagub Sebut Pulau Baru Sering Muncul di NTT |
Saat pemantauan, tim juga melihat sungai yang semakin melebar, sementara di lokasi masih ada patok BSP 022 dan aliran sungai juga mengarah ke patok tersebut.
"Akibat hujan deras, sungai ini tambah melebar hingga 15 meter dari aslinya yang mendekati patok BSP 022, ini yang menjadi kekhawatiran kami selaku Satgas Pamtas," kata Bayu.
Atas situasi dan kondisi yang terjadi, kata dia, pihaknya telah melaporkan kondisi tersebut pada kepada Komandan Kolakops Korem 161/WS untuk dilanjutkan ke tingkat pusat. Mereka berharap bisa segera dilakukan langkah konkret untuk memperbaiki atau mengganti patok yang dinyatakan hilang itu.
"Kondisi patok yang hilang (patok PBN D010021-RI) setelah dilakukan pengecekan dan pencarian, patok tersebut ditemukan sekitar 75 meter dari koordinat aslinya," kata dia.
Bayu menerangkan saat patok batas negara bergeser dari lokasi asli, maka tak bisa langsung dipindahkan ke tempat semula. Ia menyatakan mesti ada koordinasi kedua negara yang berbatasan untuk mengganti patok batas negara tersebut.
"Ini tidak boleh kita pindahkan atau kembalikan ke koordinat semula karena memang demikian ketentuannya, jadi harus dilakukan pergantian dengan tetap berkoordinasi antar kedua negara," kata dia.
Untuk saat ini, Bayu berharap tidak ada lagi patok-patok perbatasan yang hilang atau pindah dari posisi koordinat aslinya baik karena alam atau ulah manusia sehingga patok perbatasan kedua negara tetap berada di posisi semula dan tidak menjadi permasalahan kedua negara.
"Sampai saat ini, Patop Satgas bersama anggota masih melakukan penelusuran terhadap beberapa patok yang juga diduga hilang akibat hujan deras di pos-pos jajaran seperti di Pos Asumanu, Pos Maubusa, Pos Nunura dan Pos Nananoe," kata dia.
Bencana hidrometeorologi akibat siklon tropis Seroja terjadi merata hampir di seluruh wilayah kepulauan NTT awal bulan ini. Hingga Rabu (13/4), Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengatakan jumlah korban meninggal akibat bencana itu sejauh ini yang terdata mencapai 181 orang.
Sementara untuk korban hilang kata Josef jumlahnya belum berkurang dari data yang kemarin dilaporkan, yakni sebanyak 47 orang. Sementara untuk korban luka, total sebanyak 250 orang. Per Rabu lalu, Josef mengatakan total warga yang mengungsi sebanyak 49.512 jiwa.
"Dan data mengenai rumah yang rusak berat adalah 17.124 rumah per hari ini. Ini rumah tempat tinggal belum termasuk gedung sekolah, gedung pemerintahan, gedung lain belum dihitung," kata Josef.