Warga Gunakan Air Raksa di Tambang Emas Pohon Batu Maluku

CNN Indonesia
Sabtu, 17 Apr 2021 18:47 WIB
Warga Maluku Tengah mengaku terpaksa pakai cairan raksa untuk memisahkan butiran emas yang tercampur dengan butiran pasir.
Aktifitas penambangan emas pesisir pantai Pohon Batu, Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah. Sabtu (17/4). (CNN Indonesia/Said)
Ambon, CNN Indonesia --

Syarifudin (55) warga Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Maluku Tengah mengaku pakai cairan raksa untuk memisahkan butiran emas yang berukuran kecil yang tercampur material pasir.

"Iya pakai air raksa, air raksa kan kurang berbahaya," kata Syarifudin, saat ditemui CNN Indonesia di lokasi tambang emas tanpa izin, Sabtu (17/4) siang.

Ia mengaku warga terpaksa memakai cairan kimia tersebut karena butiran emas yang semakin kecil-kecil sulit didapat. Ia menyebut air raksa menjadi medium yang bisa memisahkan material pasir dan emas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harus pakai raksa," ucapnya.

Syarifudin kepada CNN Indonesia mengklaim sejauh ini penambang di tambang emas temuan warga belum memakai bahan berbahaya seperti sianida dan merkuri. Mereka beralasan cairan raksa lebih tepat dipakai karena tak berbahaya bagi lingkungan dan penambang. (catatan redaksi: Air raksa sendiri merupakan merkuri, atau bahan kimia yang termasuk golongan logam. Air raksa berbahaya bagi tubuh jika terkena kulit, terhirup, atau tertelan.).  

"Kalau merkuri sianida tidak, cuma di sini hanya air raksa saja, air raksa tidak ada penyebab, saya pernah mendulang di tambang-tambang besar seperti tambang emas gunung Botak Namlea, kan bebas di sana, di sana air raksa bebas. Kalau sianida dan merkuri tidak (dipakai), karena takut berbahaya," tutur dia menjelaskan.

"Air raksa itu disiram di setiap lubang-lubang di situ, kelihatan emas seperti berwarna putih, Jadi tidak berbahaya air raksa itu di tambang," katanya.

Ia pun meminta pemerintah tidak menutup tambang emas rakyat temuan warga pesisir pantai Pohon Batu Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah

Mereka berharap pemerintah menempatkan aparat untuk mengawasi aktivitas menambang di lokasi agar mencegah penyelundupan sianida dan merkuri.

Dari pantauan CNN Indonesia, warga menurunkan satu unit mesin air atau alkom ke pantai untuk mendulang material emas. Mereka juga menggali material hingga ke tebing gunung penahan jalan raya.

Di lokasi tambang juga terlihat kolam-kolam berukuran sedang hingga besar yang digunakan warga mengambil material emas.

Bocah-bocah juga turut sibuk mengambil material pasir di darat dan mendulangnya di laut. Mereka mengikuti orang tua mengais rezeki untuk membeli baju lebaran.

Sebelumnya, Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu Leleury mengatakan kemungkinan air raksa atau merkury sudah digunakan di tambang emas Pohon Batu Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai.

"Masyarakat di sana belum tahu apa itu air raksa. Air raksa itu merkury, karena mereka tidak tahu. Dan mungkin saja mereka sudah gunakan," ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya. Jumat (15/4).

"Dampaknya besar kalau air keras digunakan, terutama berbahaya bagi penambang hingga anak cucu bisa cacat," katanya.

Leleury mengatakan jika tambang emas liar itu terus dibiarkan terbuka, maka warga yang menggali material pasir dari bibir pantai bisa meluas ke jalan raya, sehingga bisa membuat jalan antar-kabupaten di daerah itu terputus.

"Jangan hanya kepentingan ekonomi sesaat terus mengorbankan jalan raya atau aset negara ambruk, saya dengar mereka sudah menambang hingga ke jalan," ucapnya seraya menggeleng-geleng kepala.

(sai/vws)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER