Juru Bicara Vaksinasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia menjamin kualitas mutu vaksin AstraZeneca yang beredar di masyarakat telah melalui proses penelitian dan kajian yang sesuai dengan pakem Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Pernyataan itu Rizka sampaikan sekaligus merespons temuan kasus kematian Trio Fauzi Virdaus, pria 22 tahun yang meninggal sehari usai menerima suntikan dosis pertama vaksin AstraZeneca di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/5) lalu.
"Setiap vaksin yang akan diedarkan telah melalui proses lot release di BPOM, untuk melihat kesesuaian mutu produk," kata Rizka melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Selasa (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lot release merupakan persyaratan dari WHO yang berupa proses evaluasi, untuk kemudian dilanjutkan oleh otoritas pengawas obat di setiap negara, dengan disesuaikan terhadap hasil uji.
Secara garis besar, lot release menjadi salah satu syarat yang digunakan untuk memastikan kualitas atau mutu obat maupun vaksin.
Selain penjaminan mutu vaksin AstraZeneca di Indonesia, Rizka sekaligus menegaskan bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) perlu melalui berbagai kajian dan investigasi.
Untuk itu tidak dapat disimpulkan secara gamblang, apabila setiap KIPI berhubungan dengan pemberian vaksin.
"Efek samping vaksin bersifat individual, sehingga perlu didalami lagi apakah kejadian tersebut terkait dengan pemberian vaksin atau tidak," jelasnya.
![]() |
Rizka meminta publik menunggu hasil kajian investigasi dari Komisi Nasional (Komnas) KIPI terkait temuan kasus kematian itu.
Sementara Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari sebelumnya juga menyatakan telah melakukan investigasi bersama Komda KIPI DKI Jakarta sejak Jumat (7/5) lalu.
Hingga kini, belum ada bukti kuat yang membuktikan keterkaitan antara kematian Trio dengan KIPI vaksin AstraZeneca. Proses investigasi pun masih dilanjutkan.
"Saat ini Komnas KIPI sedang melakukan investigasi, untuk melihat penyebab kematian. Apakah berhubungan dengan pemberian vaksin atau karena sebab lain," pungkas Rizka.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyatakan program vaksinasi virus corona menggunakan vaksin asal perusahaan farmasi Inggris itu tetap dilanjutkan meski kajian dan investigasi KIPI di DKI Jakarta belum rampung.
Adapun buntut investigasi ini bermula saat Trio yang merupakan salah satu pegawai alih daya di salah satu perusahaan BUMN, mendapat jatah vaksinasi tahapan kedua pada kategori petugas pelayanan publik pada Rabu (5/5).
Kakak tertua Trio, Viki, bercerita sang adik sempat mengeluh sakit kepala yang luar biasa lima jam lebih pasca vaksinasi. Trio juga disebut mengalami demam hingga suhu tubuhnya menjadi 39 derajat celcius, kejang-kejang dan sempat mengalami sesak nafas.
Akhirnya, Trio dibawa ke RSIA Asta Nugraha Jakarta Timur pada Kamis (6/5) siang. Namun nahas, dokter di Unit Gawat Darurat (UGD) menyatakan Trio meninggal sesaat setelah tiba di rumah sakit.
(khr/pris)