Lain cerita dengan Satria Ramadhani Kusuma Harmada. Tahun ini merupakan Idulfitri pertama Satria jauh dari rumah, setelah resmi bertugas sebagai polisi di Korps Lalu Lintas Kepolisian RI. Karena pandemi dan tugas, dia harus rela lebaran di tengah jalan tol.
Satria kini menjabat Kanit III Induk Cipularang Subditwal dan PJR Ditgakkum Korlantas Polri. Ia bertugas memastikan lalu lintas di kawasan Cipularang berjalan lancar.
Pandemi Covid-19 dan kebijakan pemerintah melarang mudik membuat Satria mendapat tugas menjaga salah satu dari total 333 sekat atau pos pemeriksaan mudik. Dia lah yang bakal mengadang warga yang masih nekat mudik meski sudah dilarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satria bakal bertugas menjaga pos pemeriksaan mudik mulai 6-17 Mei 2021. Sementara pada hari H lebaran, dia kebagian piket menjaga pos di Gerbang Tol Kalihurip Utama.
"Saya yang ngecek kalau orang dari Jakarta mau ke area Jawa Barat seperti Bandung, Tasikmalaya, saya yang nyekat," ungkap Satria kepada CNNIndonesia.com.
Waktu kerja Satria ketika menjaga pos mudik mulai setiap pukul 08.00 WIB dan selesai pada jam yang sama keesokan harinya. Sif kerja berlangsung selama 24 jam. Kemudian dia diberikan waktu istirahat 24 jam dan kembali bertugas. Begitu terus selanjutnya.
Jam kerjanya mepet dengan jadwal salat Idulfitri yang biasanya dimulai sekitar pukul 06.00-07.00 WIB. Mau tidak mau, Satria harus salat Ied dan lebaran di lokasi kerja.
"Jadi nanti saya lebarannya di jalan. Salat Iednya paling di rest area terdekat. Di Cipularang kan ada tiga rest area," tuturnya.
![]() |
Satria sendiri asli orang Surabaya, Jawa Timur. Sebelum merantau ke Jakarta, ia menghabiskan setiap lebaran di kota tempatnya dibesarkan itu bersama kedua orang tua dan sanak saudara.
Setiap hari pertama lebaran, keluarga Satria rutin menyantap opor ayam dan ketupat, sembari berkeliling ke rumah saudara setempat. Pada hari kedua, biasanya mereka berangkat ke Magetan untuk bersilaturahmi dengan keluarga.
Namun dua tahun ini pupus sudah harapan Satria bisa menjalankan rutinitas perayaan Idulfitri seperti biasa. Tahun lalu ia terpaksa menghabiskan waktu lebaran bersama rekan sejawat di Akademi Polisi di Semarang, Jawa Tengah, lantaran tak bisa mudik demi meminimalkan penyebaran Covid-19.
Terakhir kali dia pulang ke Surabaya adalah tujuh bulan lalu, ketika resmi dinyatakan lulus Akpol. Itupun Satria cuma punya waktu seminggu untuk melepas rindu dengan orang tua dan keluarga. Ia harus kembali ke Jakarta untuk bertugas di Mabes Polri.
Sepanjang kegiatan di Jakarta, sebenarnya bisa saja ia mencuri waktu untuk pulang ke kampung halaman beberapa hari. Namun niat itu ia urungkan mengingat pandemi masih belum terkendali dan aturan bepergian masih diperketat.
"Kalau mau naik pesawat harus swab dan lain-lain. Istilahnya kalau nggak penting-penting amat di sini saja. Hemat biaya juga," pungkas Satria.
Satria tampak legowo dengan nasibnya terjebak di ibu kota. Meski bukan berarti tak sedih. Kebersamaan dengan keluarga saat perayaan Idul Fitri selalu jadi perasaan yang mengesankan dan ia rindukan.
Namun bagaimanapun, ia paham betul akan tugasnya sebagai aparat keamanan. Ia ingin bisa mencontohkan sikap yang baik di tengah wabah ini, berusaha ikhlas dan menahan diri untuk tidak mudik.
"Mau nggak mau, yang namanya tugas harus dijalankan. Jadi polisi kan konsekuensinya sudah dipertimbangkan. Saya nggak mengeluh, karena memang sudah konsekuensi," tukas dia.
(fey/nma)