Lebaran dari Balik Dinding Puskesmas

Feybien Ramayanti | CNN Indonesia
Kamis, 13 Mei 2021 11:31 WIB
Sejumlah tenaga kesehatan merayakan Idulfitri dari balik ruang jaga di rumah sakit atau Puskesmas tempat mereka bertugas.
Ilustrasi. Seorang tenaga kesehatan tengah berjalan di antara pasien. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.)
Jakarta, CNN Indonesia --

"Duar.. Duar..,"

Sekilas suara itu mirip dengan kompor meleduk atau tembakan yang dilepaskan dari senjata api tak jauh dari tempat Fajri berdiri. Bunyi itu selalu datang tanpa aba-aba, membuat jantung seperti mau copot.

Kalau ini hari-hari lain, mungkin Fajri sudah kelabakan mencari sumber suara dan bergegas menelpon aparat keamanan, kalau-kalau ada perkelahian atau kecelakaan di daerah setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi suara itu jadi tidak mengerikan, karena ia sudah menanti ramainya bunyi ledakan yang rutin bergema setidaknya setahun sekali.

Di balik jendela lantai dua gedung Puskesmas di wilayah Jakarta Pusat, Fajri menyaksikan segerombolan bocah saling lempar petasan.

Mulanya anak-anak itu terlihat hanya main-main. Namun lama-lama "perang" itu jadi makin mencekam. Gerombolan bocah berganti pemuda beringas yang saling lempar umpatan.

Beberapa di antara mereka memegang senjata tajam. Fajri tak habis pikir, malam takbiran menanti Hari Raya Idulfitri malah dihabiskan dengan aksi tawuran.

Dan benar saja, tawuran itu membawa petaka. Sejumlah pemuda yang luka-luka seusai pamer kegagahan diboyong ke Puskesmas. Sebagai dokter yang sedang tugas berjaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Fajri bergegas melayani mereka.

Korban luka-luka karena tawuran, luka bakar terkena petasan, hingga kecelakaan merupakan pasien yang paling sering didapati Fajri setiap berjaga di waktu Lebaran.

Ia menduga probabilitas kecelakaan--baik dengan kendaraan atau karena terjatuh hingga terbakar petasan--meningkat karena banyak orang berkumpul merayakan Idulfitri.

Namun kasus-kasus seperti itu berkurang semenjak pandemi Covid-19 melanda. Kejadian itu ia alami beberapa tahun lalu.

Sedangkan untuk dua tahun belakangan, kekhawatiran akan penularan virus corona sepertinya berhasil menekan aktivitas kumpul-kumpul pada malam takbiran maupun saat hari raya.

Sayangnya, itu bukan berarti pasien yang diterima Fajri di Puskesmas menurun drastis. Semenjak pandemi, dia justru sering mendapati kasus penyakit kronis yang telat ditangani dan berakhir meninggal dunia.

"Apa karena puasa dan lebaran, lalu makannya berlebihan. Jadi orang-orang yang sakit kronis ini banyak yang [keadaannya] buruk. Kemarin banyak yang stroke lalu meninggal," cerita Fajri ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com, Jumat (7/5).

"Kayaknya gara-gara, pertama pandemi. Jadi mereka takut berobat. Kedua, mereka juga nggak kontrol makannya. Jadi datang dalam kondisi sudah buruk," tambah dia.

Kasus-kasus seperti ini membuatnya prihatin. Pada hari yang seharusnya dihabiskan bercengkrama dengan keluarga, keluarga pasiennya justru harus berduka.

Lanjut baca ke halaman berikutnya ...

Kesekian Kali Lebaran Tanpa Keluarga

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER